Kisah kita yang bahkan belum sempat kita mulai, bagaimana mungkin lukanya masih berbekas hingga kini, sakitnya masih samar samar terasa sampai saat ini. Bahkan kita tak lagi bertegur sapa, kita juga tak lagi berbagi canda, awalnya ku kira semua itu akan membuat perpisahan kita terasa lebih mudah, keputusanku tuk mencari penggantimu ku kira adalah cara terbaik untuk mengobati luka.
Aku bahkan berusaha untuk tak peduli, tak lagi mendengar kabarmu kurasa akan memudahkan hatiku merelakanmu, ku tau tak ada lagi jalan bagi kita untuk kembali, ku tau tak ada kesempatan tuk kembali menggapai hatimu, ku tau tak ada lagi waktu untuk memulai kisah yang kamu sudahi, mimpi yang kala itu kita rangkai tak mungkin lagi bagi kita tuk mewujudkannya, keyakinan dan janji yang telah lama kita genggam, ku tak punya pilihan lain selain melepaskan…
Kamu, mungkin mudah bagimu tuk melangkah, menemukan jemari lain tuk kau genggam, mencari hati lain tuk kau luluhkan, mungkin saat ini telah kau temukan sosok lain yang bersedia merangkai mimpi baru bersamamu, yang sepakat untuk berjalan mengiringi langkahmu, mungkin kini kamu mulai menuliskan kisahmu seperti yang kita lakukan dahulu, tapi tentu saja kali ini tak ada aku dalam jalan ceritamu, tentu saja tokoh pria yang kau pilih dalam kisah perjalananmu adalah dia yang kini tengah mendekap erat hatimu..
Kamu yang menggenggam erat rinduku, bukannya ku tak ingin beranjak darimu, aku pun pernah menulis sendiri ceritaku, ku pilih seseorang yang sekiranya sanggup menghapus bayangmu, seseorang yang sekiranya mampu melebur rasaku yang tersisa untukmu.
Namun, setelah semua rasa itu hilang tak bersisa, setelah semua bayangmu sirna, yang tertinggal di hatiku hanyalah kehampaan dan kekosongan belaka, ternyata dia tak mampu menggatikanmu mengisi kekosongan di dalamnya, bukan karena dia yang tak pantas untuk mengganti posisimu di mataku, bukan pula karena kamu yang terlalu sempurna, hanya saja aku yang tak bisa membuka hati untuknya, maka ku pilih tuk melepas dia, membebaskan hatinya, daripada menahan dia dengan hatiku yang beku dan mati rasa, maka ku pilih tuk membiarkan dia memilih jalannya.
Kini kamu berjalan atas nama keyakinanmu, maka ku semogakan kebahagiaan atas pilihanmu, ku harap dia pun tengah melangkah memulai pencariannya, maka ku mohonkan sebongkah hati baru untuknya, tentu bukan hatiku yang terlanjur beku.
Kini jalan kita telah jauh berbeda, arah dan tujuan pun tak lagi sama, maka biarkan aku memulai langkahku yang baru, menikmati kesendirianku, berteman dengan sepi bertahan dalam sunyi, mungkin suatu hari nanti ada kalanya aku menyesali pilihanku, namun setidaknya ini lebih baik daripada membiarkan seseorang terluka menanti
Aku yang terlanjur mati rasa, tak ku pungkiri kadang ketakutan dan kekhawatiran menghampiriku, namun inilah keputusan terbaikku, biarkan aku memilih jalanku, menikmati konsekuensi atas pilihanku, biarkan aku menemukan cara sendiri tuk meluluhkan hatiku yang terlanjur beku
No comments:
Post a Comment