Thursday, July 11, 2019


Seperti biasa, ketika pikiran sudah suntuk dengan segala macam urusan kuliah dan kerjaan, aku selalu menyempatkan waktuk untuk nongkrong di tempat yang kusebut sebagai "rumah kedua". Entah energi apa yang membuatku selalu rindu ke sana. Mungkin aku hanya butuh teman ngobrol. Dan di sana lah, aku selalu menemukan apa yang kucari.

Tidak biasanya, sekre itu terlihat ramai. Ya, biasanya juga ramai tapi aku rasa nggak seramai malam menjelang tengah malam itu. Kulihat beberapa orang tengah asyik mengobrol sembari bersendau gurau. Raut wajah bahagia terpancar di wajah mereka. Ah, betapa kebahagiaan itu teramat sederhana ya, pikirku saat itu.

Sejujurnya, melihat mereka bisa berkumpul, mengobrol, dan tertawa bersama membuatku iri sekaligus bernostalgia. Sebab, setahun yang lalu pun aku mengalami hal yang sama. Tentunya, bersama teman-temanku. Namun kini, masing-masing dari kami sudah sibuk dengan urusan masing-masing. Bukan, bukan karena sudah tidak peduli lagi.

 Melainkan ada beberapa hal, ada beberapa mimpi, ada beberapa keinginan yang ingin diwujudkan. Dan menurutku, memang sudah seharusnya begitu. Bukankah prioritas akan selalu berubah sering dengan berlalunya waktu?


Aku teringat masa-masa ketika masih mengenakan seragam putih abu-abu. Bukan waktu yang singkat mengingat dari Senin hingga Sabtu, sejak pukul 07.00 hingga 14.00, aku selalu bertemu orang yang sama. Selama tiga tahun, tak kurang, malah justru berlebih. Bertemu, mengobrol, bercanda. Ketiganya adalah hal yang selalu kurindukan.

Rasanya, dulu, aku bebas ingin bertemu siapa saja, di mana saja, dan kapan saja. Tinggal menemuinya ke kelas, main ke rumahnya atau hanya sekadar janjian akan bertemu di suatu tempat. Terutama dengan sahabat-sahabatku, teman seperjuanganku, betapa mudahnya kami berjumpa di berbagai kesempatan. Karena toh, kami memang sering berada di satu kepanitiaan, satu organisasi bahkan satu kelas.

Namun sekarang, aku hanya bisa menantikan masa liburan, berharap agar bisa berkumpul lagi dengan mereka. Itupun tidak semua orang bisa kutemui karena –sekali lagi– ada banyak hal yang harus diselesaikan. Dan seringkali waktu libur kami tidaklah sama.


Begitu pula ketika mencintai seseorang. Ya, akupun pernah mencintai, bahkan benar-benar mencintai. Entah sudah berapa banyak harapan, mimpi sekaligus doa yang aku panjatkan kepada Sang Penguasa Langit. Semua berhubungan dengannya. Tak lupa, aku juga selalu memulai hari dengan lamunan tentangnya dan kembali tidur dengan bayangan tentangnya.

Kini, sudah setahun lebih aku terbiasa tanpa dirinya. Sudah tidak bemakna apalagi membekas. Dan aku baik-baik saja. Bahkan lebih baik. Terima kasih.

Lain waktu, aku berjumpa dengan wanita lain, yang kupikir saat itu adalah yang terbaik. Ia menawarkan berbagai mimpi kepadaku, menginginkan agar mimpi-mimpi itu kami wujudkan bersama. Dia wanita yang baik, tetapi bukankah menjadi orang baik saja tidak cukup ya? Bukankah hidup dalam mimpi itu berarti hidup yang semu? Hingga akhirnya, aku memutuskan untuk menyudahi bermimpi bersamanya. Bukan karena kemudian dia menjadi seorang yang jahat. Bukan. Aku hanya mencoba realistis. Bermimpi itu baik, tetapi aku rasa lebih baik lagi kalau kita berusaha untuk mewujudkan mimpi itu, kan.

Terkadang aku berpikir, mengapa kita selalu dipertemukan kemudian dipisahkan?

Pertanyaan yang menurutku sungguh bodoh mengingat dalam hidup pasti akan ada pertemuan yang dibarengi dengan perpisahan. Sebagaimana sebuah awalan yang pasti dan selalu akan berakhir. Dan orang-orang pun datang dan pergi, silih berganti.

Ada yang melintas secara singkat, namun menorehkan kenangan yang membekas.

Ada yang sudah lama berjalan bersama, bahkan merajut mimpi-mimpi bersama, berharap bahwa mimpi itu bisa diwujudkan bersama, namun pada akhirnya kehadirannya tiada lagi bermakna.

Ada yang berada nan jauh berada di sana, setiap hari menitipkan doa sekaligus salam kerinduan dan berharap agar mendapatkan balasan, namun sosoknya tak kunjung datang. Hingga akhirnya saling melupakan.

Ada pula yang datang pergi, tak tahu diri, seolah dirinya tidak pernah ada dan apalagi hadir di kehidupan kita. Semua orang, yang datang dan pergi, bagaikan kepingan puzzle. Yang saling melengkapi dan membentuk sebuah gambaran kehidupan.

Meskipun untuk menyatukan kepingan-kepingan itu, kita harus merasa ‘kosong’ terlebih dahulu. Menantikan kehadiran kepingan yang tepat untuk mengisi kekosongan itu. Lalu, kepingan yang lain pun menghilang lagi. Dan begitu seterusnya.

Mau tidak mau, suka tidak suka, perpisahan akan selalu hadir di setiap pertemuan. Dan aku hanyalah satu dari sekian banyak orang yang bersedih hati ketika menghadapi perpisahan. Namun, aku percaya, segala sesuatu selalu memiliki alasan. Perpisahan, sepahit apapun itu, pasti akan menjadi sebuah permulaan. Dan semoga selalu menjadi permulaan yang baik.

Thursday, July 4, 2019


Ketua DPR Angin Ribut, Bambung Sontoloyo (BS) mengusulkan pembentukan kementrian baru, yaitu Kementrian Kebahagiaan. Tujuannya agar negara memiliki lembaga untuk membahagiakan warganya. Sungguh sangat mulia hati BS, selain untuk kebahagiaan rakyat Angin Ribut, kementrian itu juga untuk kebahagiaan dirinya dengan posisi mentri tersebut.

Pasca kemenangan kembali Jainudin Ngachiro sebagai Presiden Angin Ribut, diperkirakan harus banyak sekali kursi mentri yang dibagi. Semua partai pendukung meminta jatah sesuai dengan jasanya masing-masing. Oleh sebab kuota kursi mentri yang terbatas, maka solusi jitunya adalah menambahan kementrian baru, agar para pendukung tidak saling sikut berebut kursi tersebut. Jika mentri kebahagiaan dibentuk, bisa juga kementrian-kementrian baru bermunculan, misalkan Kementrian Bahasa Asing dan lain-lain.

Mengenai Kementrian Kebahagiaan, saya rasa itu kurang tepat. Apa sebab? Karena rakyat Negeri Angin Ribut sudah sangat bahagia.

Rakyat Angin Ribut sangat bahagia dengan terpilihnya kembali Presiden yang Bersih, Merakyat dan Kerja Nyata. Masa keemasan Negeri Angin Ribut dicatat sejarah pada periode pertama pemerintahan Jainudin. Dia bisa menciptakan mobil nasional, tol darat-laut-udara, ekonomi meroket dan segudang prestasi lainnya. Presiden sebelumnya entah apa kerjanya?

Atas semua prestasi yang dicetak Jainudin, rasanya sangat pantas jika dia dimenangkan kembali oleh KPU, Bawaslu, Kepolisian, MK dan semua instansi pemerintah Negeri Angin Ribut. Rakyat yang tidak memilih Jainudin adalah rakyat yang tidak tahu diri, meskipun mereka mayoritas.

Belum lama ini, Jainudin kembali menorehkan prestasi internasional, yaitu peraih penghargaan "Pidato Pemimpin Tercepat" di dunia. Belum ada pemimpin dunia manapun yang bisa pidato hanya satu menit.

Bertambah satu lagi catatan prestasi fenomenal Jainudin, sebelumnya telah telah meraih Presiden Penandatangan Tercepat (karena tidak dibaca dulu), Presiden Menjawab tercepat (cukup "Ay won tes may minister") serta segudang prestasi lainnya.

Dengan segala kerendahan hati, kami rakyat Negeri Angin Ribut mengucapkan banyak terima kasih atas niat baik Pak BS dengan cita-citanya membuat Kementrian Kebahagiaan, namun kami nyatakan bahwa itu tidak perlu. Kami tegaskan, cukup dengan memiliki Presiden Jainudin Ngachiro kami sudah sangat bahagia ... Meskipun hanya pura-pura.

Sources : https://m.facebook.com/groups/973608109430611?view=permalink&id=1406031586188259

Siapakah Malik Mahmud?

MELURUSKAN JALAN SEJARAH PERJUANGAN ACEH"

Tulisan ini ditujukan untuk meluruskan pemahaman tentang keberadaan Majelis Pemerintahan Gerakan Aceh Merdeka (MP-GAM). Sangat disesalkan, ambisi-ambisi kekuasaan beberapa orang yang berada dilingkaran gerakan perjuangan telah menyebabkan terjadinya pertikaian antar sesama petinggi GAM

Bahkan orang yang tidak bersalah pun ikut menjadi korban fitnah tersebut. Tulisan ini tidak ditujukan untuk membuka aib orang lain, apalagi hal itu menyangkut tentang eksistensi kawan seperjuangan. Tetapi mengingat adanya kesimpang-siuran sejarah yang sengaja diciptakan, yang boleh jadi akibat dari infiltrasi kepentingan-kepentingan asing guna mengacaukan konsolidasi internal, maka tulisan ini kiranya perlu saya tuliskan. Konon lagi saat ini, berita-berita fiktif itu telah berkembang dalam masyarakat Aceh, dan belum ada pihak yang memiliki otoritas sejarah yang berani meluruskannya. Almarhum Tgk Hasan M. di Tiro pernah berpesan ”sesuatu yang salah akan dianggap benar, bila kebanyakan orang mengatakan itu benar, sebaliknya kebenaran yang diketahui harus ditegakkan meskipun kita hanya seorang diri”.

Sedikit flash back, MP-GAM adalah organ yang dibentuk di Kuala Lumpur pada tahun 1999, oleh para senior GAM yang masih setia kepada perjuangan. Inisiatif pembentukan majelis ini merupakan sikap antisipatif mengingat kondisi kesehatan Wali yang mulai menurun akibat terkena stroke pada Agustus 1997, ditambah lagi dengan fakta rancunya konsolidasi perjuangan setelah diambil alih oleh Malik Mahmud.

Malik telah menyingkirkan relatif 90% para loyalis perjuangan di Stockholm dan Malaysia, termasuk diantaranya Panglima Angkatan Darat Tgk. M. Daud Husin. Beberapa tokoh penting generasi awal sudah tidak lagi mendapat tempat.

Sebaliknya Malik pun mulai membangun hegemoni kekuasaannya bersama orang-orang yang relatif mudah dikendalikannya. Secara tidak langsung, bisa kita simpulkan bahwa Malik telah melakukan Kudeta Garis Kepemimpinan.

Banyak orang yang lupa atau tidak mengetahui bahwa (alm.) Tgk. Hasan M. di Tiro telah membentuk Majelis Negara dan menandatangani dekrit pada tanggal 17 Maret 1979, sesaat sebelum beliau berangkat keluar negeri. Dekrit tersebut menegaskan bahwa dalam kondisi Wali Negara yang absen, misalnya karena sakit atau keluar negeri, maka Pemerintahan dijalankan oleh Majelis Menteri (Council of Ministers), yang dikepalai oleh Perdana Menteri dengan beberapa orang Wakil Perdana Menteri.

 Dalam kondisi absen tetap, seperti kematian, maka kepemimpinan digantikan secara berturut-turut sesuai dengan ranking senioritas yang telah ditentukan sebagai berikut: Perdana Menteri-1 (PM-1): Dr. Mokhtar Y. Hasbi, Wakil PM-1: Tgk. Haji Ilyas Leube, Wakil PM-2: Dr. Husaini Hasan, Wakil PM-3: Dr. Zaini Abdullah, dan Wakil PM-4: Dr. Zubir Mahmud.
Urutan ini diatur berdasarkan senioritas kepemimpinan dalam Central Comittee National Liberation Front of Atjeh Sumatra. Hal ini termaktub dalam buku ”The Unfinished Diary of the Tgk. Hasan di Tiro”, edisi 1982 halaman 219. Buku yang sama telah diterbitkan ulang pada tahun 1986 tetapi dengan beberapa perubahan isi dan substansi karena alasan pragmatism dan kepentingan dan justifikasi kekuasaan.

Dekrit tersebut juga dikuatkan dan ditandatangani oleh para Madjelis Menteri dalam pertemuan di Jengki Wilajah Peureulak awal tahun 1980, dua bulan setelah Tgk. Hasan berangkat keluar negeri. Pertemuan ini diikuti oleh Dr. Mokhtar Y. Hasbi, Tgk. Hadji Ilyas Leube, Dr. Husaini Hasan, dan Dr. Zubir Mahmud. Sedangkan dr. Zaini Abdullah berada di Wilayah Pidie bersama Tgk. Mohammad Daud Husin. Menteri-menteri lainnya sebagian telah ditangkap seperti Tgk. Mohammad Tahir Husin, atau yang dipenjarakan seperti Tgk Muhammad Lampoih Awe dan sebagian lagi telah ”turun gunung”.

Dua menteri yang lain tinggal tetap di Singapura yaitu Malek Mahmud dan abangnya, Amir Mahmud. Para inisiator pembentukan MP-GAM diantaranya adalah Tgk Idris Mahmud (Gubernur Wilayah Peureulak), Tgk. Muhammad Mahmud (Panglima Wilayah Peureulak), Tgk. Abdullah Krueng (Ketua Majelis Orang Tuha di Kuala Lumpur), Tgk. Robert Suryadarma (Panglima Aceh Besar), Tgk. Sulaiman Amin (Panglima Wilajah Batee Iliek) dan sejumlah petinggi lulusan Libya angkatan pertama.

Lembaga ini difungsikan sebagai Majelis Pemerintahan Darurat bila pimpinan tertinggi gerakan berada dalam kondisi in-absentia. Disaming itu, inisiatif ini juga merupakan respon atas melemahnya konsolidasi di bawah kepemimpinan Malek Mahmud. Malek telah mengganti secara radikal semua garis kepemimpinan yang sebelumnya ada. Sejumlah dokumen hasil rapat telah dikirimkan ke Markas Besar GAM di Eropa untuk persetujuan lebih lanjut. Markas Besar membahas dokumen-dokumen tersebut dan memutuskan untuk mendukung keberadaan Majelis.

Restu dari MB ini meninggalkan ketidakpuasan di lingkaran kepemimpinan Malik Mahmud yang bermuara pada pembunuhan Tgk. Haji Usman Pasi, Tgk. Abdul Wahab dan Teuku Don Zulfahri. Lebih jauh dari itu, MP-GAM difitnah sebagai agen Jakarta, yang bekerjasama dengan pemerintah Republik Indonesia dan sepakat menerima otonomi untuk Aceh. Tak ayal, fitnah ini pun berkelanjutan sehingga timbul ancaman dan pengkambing-hitamkan untuk setiap kegagalan perjuangan GAM.

Namun hari ini, rakyat bisa menilai sendiri, siapa sebenarnya yang menerima otonomi Aceh? Atau siapa mengkhianati Proklamasi 1976, serta membubarkan Gerakan Perlawanan?
Sementara Gerakan yang dipandu oleh Malek Mahmud dan Zaini Abdullah juga telah dibubarkan dan diganti dengan Partai Aceh (#PA) yang hari ini sedang disibukkan dengan beberapa agenda pragmatis, seperti merebut kursi Gubernur.

Besar harapan, tulisan singkat ini bermanfaat bagi generasi muda Aceh, terutama dalam melihat sejarah Aceh secara objektif dan bebas dari fitnah-fitnah kelompok yang berkepentingan. Sebagai salah seorang pelaku sejarah, saya merasa hal ini perlu diluruskan agar-cita-cita meraih kedaulatan sebagai bangsa yang berharga diri, serta dalam rangka menwujudkan perdamaian serta keadilan, bisa kita capai bersama-sama. Masih banyak hal yang bisa saya bagikan (sharing) dan perlu kita diskusikan lebih jauh, berdasarkan data dan fakta yang ada. Kepada Allah juga kita memohon ampunan-Nya.

Beberapa pejuang Atjeh merdeka tahun 70an meminta saya untuk menyampaikan siapa sesungguhnya Malik Mahmud yang disebut-sebut sebagai Meuntroe Malek. Tanpa bermaksud menyebarkan gossip apalagi fitnah keji, namun karena niat baik dan tulus demi generasi muda Aceh yang akan datang dan demi konsistensi sikap para pejuang tua AM maka saya menyampaikan fakta-fakta sesuai pengalaman hidup yang saya ketahui selama ini.

Malik Mahmud selama ini menggelari dirinya sebagai Meuntroe Malek bahkan dalam draft qanun Wali nanggroe yang dirancang oleh sebagian besar anak-anak Partai Aceh menempatkan Malik Mahmud sebagai Perdana Menteri dan setelah wafatnya Yang Mulia Paduka Hasan Tiro maka Malik Mahmud bersiap untuk menggantikannya. Padahal sesungguhnya nama sebenarnya adalah Khila Bin Mahmud alias Malik Haytar Bin Mahmud.

Dia tinggal bersama Ibunya di Singapura, tidak berapa fasih berbahasa Aceh. Ayahnya keturunan India yang lahir di Aceh. Dulu dia tukang tenteng (bawa) tas Hasan Tiro. Dia menjadi dalang pengutipan dana dari buruh-buruh kontrak warga Aceh di Malaysia sejak tahun 1985.

Dia juga yang menjadi dalang terjadinya peristiwa Semenyih (Malaysia) pada tahun 1997 yang mengorbankan puluhan warga Aceh. Semenjak sakitnya Wali negara Hasan Tiro pada tahun 1997, maka praktis komando GAM berada di tangannya.

Gerak langkah GAM di bawah pimpinan Malik Mahmud (MM) sangat jauh berbeda dengan GAM yang kami pimpin pada permulaannya (saya dan Hasan Tiro maupun pejuang AM lainnya). Meskipun nama MM telah dicantumkan sebagai Menteri Negara di tahun 1976, tetapi yang membuat MM berpengaruh di dalam GAM dimulai di tahun 1987, di saat ia mendapat tugas untuk merekrut anak-anak muda dari Aceh dan dari Malaysia untuk dilatih di Libya dan dari Libya dipulangkan ke Aceh. Semua mereka ini sebelum pulang ke Aceh juga harus melalui MM.

Semua pemuda latihan Libya hanya mengenal MM sebagai pemimpin AM, tidak tahu menahu seluk beluk ideologi AM apatah lagi sejarah Pra AM. Tidaklah heran kalau garis perjuangan TNA di bawah MM berbeda daripada dari tujuan semula. Secara garis besarnya GAM MM memisahkan diri dari rakyat. Mereka menunjukkan dirinya sebagai penguasa dan mendikte rakyat.

Siapa yang membangkang langsung ditindak. Hanya ada dua pilihan, yaitu: jalankan perintah atau bayar pajak yang ditetapkan atau anakmu yatim, kehilangan bapaknya. Bukan saja kepada rakyat, bahkan kepada rekan seperjuangan yang berlainan pendapat langsung digeser, difitnah dan tidak sedikit yang dihukum mati.

Contoh rekan seperjuangan yang saya maksud: T. Don Zulfahri, Tgk. Haji Usman, Tgk. Abdul Wahab, Tgk. Abdullah Shafii dll. Guraa Rahman difitnah dan diperangkap hingga dimasukkan ke dalam penjara Malaysia. Tgk. Daud Husin difitnah dan dicopot dari jabatannya serta diperintah bunuh.

Besar dugaan pembunuhan Djafar Siddik SH, Prof. Safwan Idris, dan Prof. Dr. Dayan Daud pun ada sangkut-pautnya dengan perebutan kuasa di kalangan masyarakat Aceh dan dalam usaha pembersihan lawan politik MM.

Latar belakang MM yang kurang jelas dan dasar pendidikan yang belum dapat dibuktikan menjadikan MM dinilai oleh para pejuang tua AM tidak layak menempati posisinya seperti sekarang. Meskipun kami, tidak begitu dekat macam dia dengan para anak muda GAM yang sekarang banyak direkrut olehnya sejak dulu.

Oleh karenanya, kami berniat mengungkap fakta-fakta ini dalam forum yang entah kredibel, pantas atau tidak seraya berharap para pemuda Aceh tetap waspada atas semua bujuk rayu dan hasutan yang bermuatan kepentingan pribadi orang-orang yang “mengaku” sebagai pejuang Aceh.

Semoga Aceh tetap selalu berada di bawah lindungan Nya dari orang-orang jahat dan terkutuk.
InsyaAllah....

Berikut ini adalah daftar nama-nama Bangsa Aceh yang telah dibunuh atas perintah Malik Mahmud dan Zakaria Saman :

1. Malik Mahmud dan Karya Saman, dalang pembuhunan Safwan Idris, 16 sept 2000. Ayah Almarhum tdk tahu, sampai Tgk Idris yg peusijôk Malik Mahmud waktu pertama datang ke Aceh tahun 2006.

2. Malik Mahmud dan Karya Saman, otak pembunuhan Dayan Daud 6 sept 2001, yg memerintahkan pasukan katak hijau Pidie.

3. Malik Mahmud dan Karya Saman yang memberi perintah membunuh Jafar Sidiq di Medan, dituduh ada hubungan dengan MP-GAM, pimpinan Husaini Hasan.

4. Malik Mahmud dan Karya Saman otak pembunuhan Tengku Nashruddin Daud, anggota DPRD Aceh Selatan, dituduh tak menyukai pemimpin GAM.

5. Malik Mahmud dan Karya Saman otak pembunuhan Ismail Shah putra, sesudah mengirim milyard rupiah kedalam rekekning abangnya Amir Mahmud di Singapura.

6. Malik Mahmud dan Karya Saman otak pembunuhan Brigjen HT Johan, mantan Wagub dan otak pembunuh Zaini Sulaiman, anggota DPRD Aceh.

7. Malik Mahmud dan Karya Saman otak pembunuhan sadis atas Tengku Usman Pasi lhok dan Tengku Wabah di Sungi Cincin, Gombak Malaysia, sebab dituduh rapat dengan MP-GAM dan MB-GAM. Eropa

8. Malik Mahmud dan Karya Saman otak pembunuhan Iftah Habib dan Win Zuhdi Banta mude yang dibunuh secara sadis oleh Ilham Illyas Leubé dkk. Alm dibunuh setelah mengirim 2 miyard rupiah kedalam rekekning abangnya Amir Mahmud di singapura.

9. Pada tahun 1999 Malik Mahmud dan Karya Saman memerintahkan pasukan kombatan Gam untuk menghabisi semua anggota DPR dan pejabat di Aceh yang dianggap pro Indonesia dan tidak membantu perjuangan GAM

10. Memerintahkan panglima wilayah Pidie untuk mengucilkan Tgk Lah Syafii dan tidak dibolehkan mengawal beliau setelah dituduh memberi komentar salah kepada Bondan Gunawan, sehingga beliau ditembak pasukan Indonesia tanpa pengawalan pasukan GAM, pengawal rekan setia dan isterinya

11. Malik Mahmud dan Karya Saman mencopot jabatan panglima wilayah Peureulak dari Ishak Daud melucuti senjata dari pasukan Ishak Daud karena dituduh sering memperotes kebijakan Malek Mahmud

Saya harap informasi ini dapat menjadi bahan masukan untuk semua Bangsa Acehuntuk dapat melihat siapa sebenarnya Malik Mahmud dan Zakaria Saman itu.

Penulis adalah Menteri Pendidikan Aceh Merdeka angkatan tahun 1976

Source : https://www.facebook.com/Biropenerangantamsagoetgktjikpayabakong/?__tn__=kCH-R&eid=ARAXcCtfJq3QZs2Xx6Nd4dn39kNKCGMVPLMHRUh76maV4MVPB3TjfSPdqF-SQ21mEgSqL5tenp9ctA2o&hc_ref=ARRZp9rts47pNZnUVQwLEij_TjdVDGGqnGri2GRzgbjzV7BAV7b_UUBmwutLdCkKE3c&fref=nf&__xts__[0]=68.ARBcgwuDUPJW6umcmodGdiv5BE10IjOupO5HzjKWnf9LfTXxyaBHnGGmscKRvkd6dUO0ksBUpeVZ4PMc-lqjNwDh2v7crqNN_tmTBwvYqDwWAH3GzlafQUsd4KA34T4LFtplKKm-5vzppmAR9OAUMxT27STgH3Njt-59P70856I6gY2uAj94Sdo0BHzI2DWshzA79pRP_AXoj6oGMObZBBJtyRvuUwNkjD_-JpqNvroi0129h3ZwwvrWS7JtvW-eo3iWghRA2DmwcSDRMwmWXAJKjEY8BT4r0Ig9XVHfcJrrSkaRmN_w2TkqjpKZxfMqTKiCEtdL1HV-Z2cGPmuihMu80gwxU4giH9jQ5UzgBj_Ht_Cnftpo0Q

Wednesday, July 3, 2019



1.TENTANG SEPASANG SEPATU TUA

Sepasang sepatu tua, yang telah dihabisi waktu. Hanya bisa menunggu. Truk datang. Kemudian melemparnya ke tempat pembuangan akhir. " Betapa cepatnya, nasib berubah !" keluhnya. Bayangan tentang Mobil, Hotel dan Lantai Kantor yang licin dan ber-ac, berkali-kali datang. Menjadi kenangan yang menikam. Sepasang sepatu tua yang telah dihabisi waktu. Hanya tinggal menunggu. Tak ada prosesi, tak ada upacara. Saat tubuhnya hancur menjadi abu.

2.TENTANG SEBUAH KISAH

Dulu kunamakan dia kenangan. Saat segala warna bersatu, dalam satu kata. Cerita serupa burung, memiliki sangkar tempat kembali. " Tak perlu ada air mata, untuk mengantar sebuah kisah yang pergi!" katamu. Semuanya akan tinggal jadi sejarah. Yang menempatkan kita, sebagai tokoh yang tak pernah mereka kenali.

3. TENTANG LUKA.

Sejak kebahagiaan, jadi rebutan setiap orang. Aku jadi ingin selalu berada diantara luka. Aku ingin mengunyah pahit dengan tertawa. Melahap getir sambil menari dan memamah pedih ... sambil bernyanyi!. " Kau Mau !". " Mari kita mabuk, untuk berpesta luka !".

4.TENTANG SECANGKIR KOPI

" Mari kita undang mimpi, lewat secangkir kopi!", demikian ajakmu. Saat gerimis turun, dan kian mempersepi kota. " Kini saat yang tepat untuk memanjakan hati" kataku. Lalu gelak tawa kita pun berlarian, bersama asap. Gerimis telah reda, tapi ada gerimis lain yang kita rasa. Gerimis yang membuat mata kita sembab. Dan cangkir-cangkir yang telah kosong pun, jadi penuh dengan air mata.

5.TENTANG SEBUAH CATATAN KAKI

“ Mengapa kita selalu saja bicara tentang luka. Padahal karang demikian rapih menyembunyikan pedih !?”. Mari kita nikmati saja sisa moccacino, yang tinggal satu tegukan. Sambil mencoba mengeja, arti sebuah catatan kaki. Dalam sebuah siklus rindu yang aneh.

6.TENTANG TUJUH JANUARI

Akan selalu ada, yang tak mampu kita pahami. Dari tik-tak bunyi waktu, yang terus berlari. Usia, seumpama kumpulan kata. Dalam sebuah bait puisi yang tak sempat terbaca.

7.TENTANG OMBAK

Che!, tanpa ombak, laut akan terasa sunyi. Kita nikmati saja gemuruhnya. Selagi waktu masih mau mengerti, akan segala kegelisahan yang kita miliki. Mari kita habisi hari. Tikam dan benamkan detik-detik yang kian menyiksa. Siapa dapat memahami senyap, dibalik setiap riuh yang tak terbaca?. Atau kita akan menyerah?. Merebahkan tubuh di hamparan pasir. Sambil bernostalgia, tentang Rendra yang tergila-gila pada Lorca, tentang Goenawan Muhammad yang jatuh cinta pada Emily Dickinson, atau tentang Chairil Anwar yang tak dapat terpisahkan dari Slaerhoff. Tak perlu Che !, kita punya cerita tersendiri. Walau itu hanya sebuah misteri!.

8.TENTANG WAKTU

" Untukmu Aku tak akan lagi kehilangan Lupa! ", demikian sumpahmu. Air lalu mengajariku, untuk memaknai betapa indahnya melawan arus. Waktu jadi kado terindah untuk ditunggu. Walau tik-taknya terus menyelinap pada degup yang kian mengekalkan ragu.

9.TENTANG SEBUTIR PASIR

Siapa dapat menentang Siklus ?, Kita, sebutir pasir, dalam pusaran arus takdir ! Seribu ratap, terlalu sunyi, buat sebuah penyesalan ! Mari kita biarkan saja, nasib tercatat dalam album kelam seorang sisyphus?

10. TENTANG SEBUAH PEMILU

Di dalam bilik suara. Aku dan paku di hipnotis waktu. Keraguan menyergap, diantara sederet gambar dan ratusan nama, yang menjanjikan gula. Semuanya terasa berjarak dan tak satupun yang mampu menggerakan hati untuk berkata pasti.
Pemilu tak lebih dari sekedar rutinitas pilu, dari sebuah pesta yang tak berlampu. Tapi aku harus berada di ruang sempit yang asing ini. Melakukan sesuatu, memberikan kepercayaan yang dipaksakan.
Ada jarak antara aku dan rutinitas politik seperti itu. Yang kian lama kian menganga. Sehingga aku tak merasa peduli lagi, siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bagiku Pemilu hanyalah sebuah lampu, dari beratus-ratus lampu lainnya, yang tak satupun mampu membuat Indonesia, keluar dari wajah buramnya.

11.TENTANG SEBUAH LANGKAH

Langkah ini, awal jejak kaki, bagi setiap mimpi. Yang sempat aku gantung di pucuk-pucuk cemara hati. Derapnya, hanya Kau yang tahu. Kini dan nanti, apa bedanya?. Mari kita tebak saja teka-tekinya. Sambil menikmati secangkir Kopi.

12.TENTANG SEBUAH BERLIAN

Di gerbong kereta, yang hanya diisi aku dan sepi. Pikiran berlarian, menjangkau batas-batas yang tak terbayangkan. Aneh, aku jadi tertarik berpikir tentang diri. Suatu hal yang jarang terjadi. Manakala waktu selalu dieksploitasi untuk memanjakan raga.

13.TENTANG PELANGI

Pelangi telah kembali lengkap, warnanya. Setelah awan berlalu. " Kini telah lengkap jadi tujuh !" teriakmu. Mata kita lalu melahap pesonanya, hingga titik lengkungnya. " Sampai kapan, pelangi akan bertahan jadi penghias langit" bisikmu. " Kita rekam saja indahnya, dan disimpan di dalam hati !". Jawabku. " Apakah itu akan jadi abadi?" tanyamu. " Yang tercatat di hati, akan selalu abadi ! ".

14.TENTANG SEBUAH BUKU

Buku itu, masih seperti sepuluh tahun yang lalu. Menyimpan seluruh cerita, tentang masa lalu. Aku sangat menyukai fotomu - lugu, dengan rambut sebahu-. Kini rambut di kepala kita hampir berubah kelabu. Tapi seperti janjimu. Kita akan selalu sabar, untuk membersihkan setiap debu yang mengotori buku.