Sunday, August 4, 2019

BANGSA KU BANGSA YANG SAKIT


Bangsa ini sedang sakit, sakit parah, bahkan komplikasi. Bangsa ini sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
Seiring berjalannya waktu, makin banyak problem baru bermunculan, padahal di waktu yang sama problem yang lama belum berakhir. Semua penyakit ini memiliki obat yang sama, jawaban yang sama, dan jawaban ini seringkali kita dengar bahkan bisa dikatakan sebuah jawaban klise. Iya, jawabannya ada di edukasi, edukasi, dan edukasi.
Bukan, bukan bermaksud saya mengatakan bahwa bangsa ini bodoh, tolol, bego, dungu ataupun lainnya. Hanya saja bangsa ini belum bisa menerima informasi dan juga hanya menerima informasi sesuai keinginan dirinya. [1] Perlu bukti konkret? Lihat saja di youtube, twitter ataupun media lainnya, banyak orang yang percaya akan bentuk bumi yang datar, apa berarti mereka bodoh? Oh tidak, banyak juga yang pintar secara akademik mempercayai hal ini. Bukti lain? Lihat diluar sana masih banyak yang mempermasalahkan bahwa kiri = komunis = ateis karena propaganda saat orba mengatakan PKI membantai umat beragama.
Kenyataannya? ‘Founding Father’ bangsa ini memiliki pandangan kiri dan membantai kirifobia layaknya islamofobia, dan juga ia salah satu tokoh dalam Marhaenisme (pandangan kiri), iya dia ini Ir. Soekarno. Salah satu tokoh besar negara yang karyanya sering digunakan oleh pergerakan mahasiswa adalah seorang komunis, iya dia adalah Tan Malaka dengan karyanya yang berjudul ‘Madilog’.
Lebih jauh lagi? Konflik PKI pada masa itu sangatlah kompleks dan tidak berhubungan sama sekali dengan ateis maupun kepercayaan lainnya, PKI yang kalian kenal ateis pernah mengucapkan selamat natal kepada anggotanya.
Saya ulangi, bangsa ini sakit parah. Banyak dari mereka yang mementingkan ego dan mengutamakan emosi disaat menghadapi isu terpanas dibandingkan tabayyun. Iya, ulama bisa salah bahkan orang yang lebih baik secara akhlak dan ilmu agamanya pernah melakukan kesalahan, berikut contohnya :
– Khulafaur rashidin, sahabat nabi, Usman Bin Affan bisa salah karena menerapkan sistem nepotisme dimasa kepemerintahannya.
– Nabi Adam dan Siti Hawa pernah bersalah karena memakan buah Khuldi yang dilarang oleh Allah. Namun mereka segera bertobat sehingga diampuni oleh Allah: “Keduanya berkata: “Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” [Al A’raaf 23]
– Nabi Yunus pernah “bersalah” karena meninggalkan kaumnya. Setelah 33 tahun berdakwah, cuma 2 orang saja yang mau mendengar seruannya. Sebetulnya itu wajar sebab manusia biasa, setelah 3 tahun dakwah tidak ada yang mendengar, paling sudah berhenti. Namun Nabi Yunus segera bertobat sehingga beliau bebas dari dosa (maksum): “Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: “Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim.” [Al Anbiyaa’ 87]
– Nabi Musa secara tidak sengaja pernah membunuh orang. Beliau tidak sadar akan kekuatan pukulannya:
“Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan seorang (lagi) dari musuhnya (kaum Fir’aun). Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Musa berkata: “Ini adalah perbuatan syaitan sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang menyesatkan lagi nyata (permusuhannya).
Musa berdoa : “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku.” Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al Qashash 15:16]
– Nabi Muhammad pernah ditegur Allah karena mengharamkan madu untuk dirinya sendiri untuk menyenangkan istrinya :
“Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah halalkan bagimu; kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” [At Tahrim 1]
Apa maksud ane membawa kejadian di atas? Stop menganggap ulama adalah manusia tidak bersalah dan bersikap kritislah terhadap semuanya, iya bahkan tulisan ini anda mempunyai hak untuk mengkritisinya. Sadar, tidak? Bangsa ini mudah digiring opininya karena ada dua faktor, yaitu :
– Mereka tidak paham apa-apa
– Mereka menerima informasi yang mereka inginkan saja (cognitive bias)
Mereka tidak paham apa-apa karena jarang membaca buku, iya bangsa ini sudah tertinggal jauh, menurut PISA pada tahun 2015 Indonesia berada di peringkat 66 dari 72 negara dalam hal literasi, menyedihkan bukan?
Mereka yang menerima informasi sesuai keinginan mereka karena tidak ingin merasa disalahkan, dilecehkan, ataupun direndahkan karena ketidaktahuannya. Iya, mereka sangat sombong, naif, dan angkuh.
Tapi, dari bangsa ini apa tidak ada yang sadar akan ini dan ingin mengubahnya? Ada, bahkan bisa dibilang banyak yang sadar ini, tapi mereka masih dianggap sebelah mata karena cara penyampaian mereka yang salah. Hadeuh, untuk contoh ini sering terlihat di sosial media, merendahkan kubu yang tidak paham, berkata kasar dalam argumen kepada orang yang bahkan tidak memahami apa itu argumen yang secara tidak langsung argumen mereka ditolak hanya karena kata-kata kasar itu, dan lainnya.
Seperti yang sudah saya tulis di awal tulisan ini, obatnya hanya edukasi, baik edukasi secara akademik maupun non akademik, baik secara literasi maupun emosi. Kita satu bangsa, mengalami satu rasa perjuangan yang sama, memiliki hutang budi yang sama terhadap pahlawan karena berhasil memerdekakan bangsa ini, kenapa tidak berangkulan tangan dan berusaha keluar dari kejadian ini?

No comments: