Thursday, March 7, 2019


Entah hanya aku atau kalian juga yang merasakan indahnya rasa itu. Mungkin lebih indah dari sebuah lukisan termahal didunia dan lebih indah dari yang pernah mata ini melihatnya. Seandainya keindahan itu bisa terlukiskan, mungkin tak cukup tinta emas yang harus ditorehkan untuk menggambarkan sepucuk rasa indah itu di saat engkau sedang menggandeng wanita yang telah halal bagimu, yang mencintaimu karena Allah dan yang memberikan sebuah arti kata cinta yang tak engkau ketahui wujud darinya.

Aku bukanlah seorang pembual atau pun juga seorang penyair dengan lantunan kata-katanya yang indah membuat kalian terpana dan takjub akan setiap detail perkataanya. Aku hanya ingin menyampaikan apa yang harus aku sampaikan dan tak lebih dari itu karena aku hanyalah penulis yang hanya bisa menuliskan tentang apa yang aku pikirkan. Didalam catatan kecilku ini, aku ingin menyampaikan kepada kalian tentang rasa yang selama ini aku nantikan dan semoga aku bisa mendapati rasa itu suatu saat nanti bersama seorang yang tulus mencintaiku karena Allah.

Sulit bagiku bercerita tentang sebuah rasa yang belum pernah aku merasakannya. Aku hanya sekedar menerka-nerka tentang rasa itu dan aku dapati bahwa rasa itu sungguh indah, dimana engkau dicintai seorang yang telah engkau nanti-nantikan bertahun-tahun lamanya, dimana engkau bisa menemukan tulang rusukmu yang telah lama tiada dan dimana engkau bisa memberikan sebuah cinta karena Allah dan hanya untuk Allah kepadanya.

Semua itu membuatku tak berdaya dan ingin rasanya mendapatkan sebuah kasih sayang itu, tapi tidak semudah itu sobat, engkau harus berlari untuk mengejar cintamu kepada Allah agar engkau mendapatkan seorang yang akan mencintaimu karena Allah. Engkau harus menjaga cinta itu agar jangan sampai disentuh oleh orang lain, kelak saat semuanya telah tiba, berikanlah cinta itu kepadanya dan dia akan tersenyum menatapmu seraya berkata, “Ya Allah, terima kasih karena Engkau telah memberikanku seorang suami yang mencintai-Mu dan mancintaiku karena-Mu.

Semua itu indah kok, asalkan tepat pada waktunya. Saat engkau bersedih, akan ada seorang yang menghapuskan kesedihanmu, sangat engkau gundah, akan seorang ada yang membuatmu tersenyum, dan saat engkau kesepian, akan ada seorang yang menggandengmu dimana pun engkau berada.

Namun saat semua itu ditempatkan bukan pada tempatnya. Engkau akan merasakan kegelisahan karena rasa yang engkau dapatkan bukan sebuah cinta melainkan hawa nafsu yang akan mengahantarkanmu ke dalam murka Allah. Jadi bersabarlah wahai pemuda(termasuk aku sendiri), jagalah cinta itu, jangan biarkan orang lain menyentuhnya agar cinta itu tetap indah saat engkau berikan kepada seorang yang akan mencintaimu karena Allah untuk selamanya, hingga di surga kelak.

Aku tahu itu sulit karena aku juga seorang pemuda yang selalu ingin mendapatkan apa yang dia inginkan. Satu pesanku, karena Allahlah engkau menjaga cintamu dan karena Allahlah kelak engkau akan mendapatkan seorang yang akan mencintaimu dan menerimamu apa adanya.

Merepih rasa dari imaji yang berputar-putar.
Merasai bahwa cinta sanggup melesat secepat kilat namun juga bisa terjun bebas dan tersungkur kandas.
Cintamu pada satu hati itu telah menjadikan rasamu jumpalitan persis rollercoaster,
kadang kau sanggup dibuat terbang namun tak jarang pula kau jatuh tersungkur.
Dia membawamu pada semesta rasa yang akhirnya menjadikan cinta itu gentayangan seperti hantu yang takut matahari. Lalu kau
akhirnya seperti layang-layang yang menggantung tanpa benang kendali.
Cintanya telah membuatmu jadi mengerti satu hal, bahwa rasa yang kau kenali sebagai cinta tak cukup sekedar menikmati sedihnya kesendirian atau meledak-ledaknya rasa bahagia.
Cinta menjadi mendadak mahal dan langka,
mendadak menjadi barang langka dengan nilai tukar yang tak terbilang harganya.
Dan ketika cinta itu menghilang, terlepas dan meninggalkan lubang perih didada,
maka seluruh harmoni yang pernah kau kecap tentangnya seketika menghambar getir dan pahit.
Lalu batinmu akan meronta-ronta dalam senyapnya karena kehilangan sandaran.
Semua hal dalam radius pandangan matamu tak lagi menarik untuk kau tatapi atau kau pandangi.
Lidahmu seakan lebih menyukai aroma kebungkaman,
dan tubuhmu hanya sanggup meringkuk lemah tanpa daya seakan nafasmu dipaksa untuk berhenti.
Semua menjadi sia-sia dan percuma dalam perhitunganmu,
lalu kau mulai bermain dengan ribuan prasangka untuk membenarkan rasa sakitmu yang masih saja berdarah.
Semua perjalanan waktu yang pernah menyertai pengembaraan cintamu untuk dia akhirnya cuma menjadi deretan cerita yang menggantung tanpa akhir,
persis seperti laying-layang yang putus benangnya.
Kembalilah di detik ini
Detik dimana kau masih bergerak dan hidup.
Detik dimana segala pilihan dan opsi masih bisa kau jalani.
Bukan tujuan akhir tapi proses bukan kemana kau menggiringnya, tapi bagaimana kau melewati perjalanan itu
bukan sekedar merasai rasa memiliki seseorang tapi bagaimana kau menghargai setiap moment keberadaannya.
Inilah pembelajaran yang harus kau pahami dengan otak dan hatimu,
ketika rasa yang ada didalam hatimu tidak bersanding mesra dengan kenyataan didepan mata.
Kembalilah pada lingkaran dimana kau terlindungi dari cecaran emosi dan vonis yang ditelurkan oleh rasio
hingga akhirnya kau persis seperti pesakitan yang tidak punya pilihan apa-apa kecuali mati.
Dan pada hati yang satu itu pula
akhirnya kau harus kembali mengembara,
kembali pada ranah ktika jiwamu masih serupa ruh yang tak tau apa-apa
Hidup mendadak jadi asing. Dunia tak lagi sama, karena cinta yang telah bertumbuh sekian lama
akhirnya harus kembali patah.
Maka sempurnalah cinta yang telah membawamu terjun bebas untuk jatuh dan tersungkur kandas.
Lepaskanlah dirimu dari kenaifan cinta.
Meski perjalanan panjang harus kembali menggiringmu pada rotasi yang sama,
itulah bukti bahwa hidup ini bergerak dan cair.
Kau hanya butuh sekelumit waktu untuk  mencerna semua dalam gua keheningan.
MenyentuhNya dalam kesunyian yang damai. Menangkap pesan-pesan rahasiaNya yang tak bersuara
namun hanya sanggup kau pahami dengan hati jernih.
Cobalah melihat lebih jauh kedalam
Cinta bukanlah tali yang harus kau jeratkan dihatinya kuat-kuat, cinta juga bukan sebatas rasa takut kehilangan atau keinginan akan sebuah ikatan sakral.
Tetapi cinta hanyalah sebuah “rasa” yang benihnya disemai oleh restu Tuhan,
dan jelas benih itu bukan menjadi kuasamu, ketika ia bertumbuh dan merindang
dia bahkan tak mampu memilih siapa yang boleh dan tidak untuk berteduh dibawahnya.
Cinta menaungi segala hal, cinta melegalkan semua bentuk rasa dari hati yang tulus.
Tapi sadari satu hal, dalam kebebasannya, cinta tidak menerima pengingkaran,
cinta tidak memaklumkan perselingkuhan dan cinta juga tidak mewajarkan kebohongan putih.
Cinta hanyalah sebuah rasa
Sederhana
Meski terkadang tak terbaca atau bahkan terlalu menyilaukan
Dia tetaplah hanya sebatas sebuah “rasa”…dan dirimu seharusnya ada diluar lingkaran “rasa” itu,
supaya kau mampu mengendalikan rasamu sendiri.
Sama ketika kau dikepayangkan oleh rasa yang menggebu..
berjuta-juta anak panah dari busur cinta menancap didadamu, lalu seketika kau mabuk hilang kesadaran.
Batasan itu memuai, tak ada lagi ketidaklayakan, semua menjadi sempurna didepan mata.
Sebuah “rasa” telah melepaskanmu dari inti kedirianmu sendiri.
Kau terpana luar biasa, kau rela hati diporak-porandakan oleh ribuan pertanyaan dan pernyataan.
Kembalilah pada keheninganmu.
Hati itu terlalu letih.
Jika diandaikan, jatuh cinta seperti terperangkap dalam sebuah kotak sabun,aroma wanginya memabukkanmu,
meski kau terperangkap dalam dimensi sempit sebatas kotak sabun.
Terjepit dalam batasan ruang waktu yang hanya itu-itu saja.
Jatuh cinta,kasmaran dan merindu yang luar biasa untuk sang belahan jiwa.
Cintamu padanya ibarat sel yang bermutasi, sampai kau kecanduan dan tak sanggup tanpa keberadaannya.
Cinta mendadak menjadi begitu kerdil.
Menjelma sebatas keinginan.
Dan kau lupa meletakkan Dia didalam setiap inti sel cintamu, padahal ruh untuk cintamu meng-abadi
ada dalam kotak rahasiaNya.
Bagaimana mungkin Dia ijinkan kau membuka kotak itu jika tak pernah kau ijinkan untukNya ada disana.
Didalam inti sel cintamu itu. Maka jangan heran jika kotak itu semakin tertutup rapat dan terkunci kuat, lalu perlahan sel-sel cinta yang mengaliri darahmu melemah  dan mati.
Adalah kebesaran yang abadi, kuasa tak berbatas dari pemilik cinta nan perkasa.
Padahal hanya sebuah “rasa” namun sanggup menjadikanmu insan yang punya ribuan wujud rupa dan warna dalam batinmu
Hanya sebuah perasaan
Hanya sebuah rasa
Salah sedikit saja kau perlakukan dan jadilah hidupmu yang berakhir tanpa makna,
Cuma sekedar bisa merasai saja. Tak lebih dari itu.

Wednesday, March 6, 2019


Semakin dewasanya dunia seakan memaksa manusia sebagai insan yang sangat konsumerisme dan meterialistik, saya bukanlah seorang penganut paham marxisme yang patuh atau mungkin filsuf lainnya seperti aristoteles, Spinoza atau bahkan Erich Fromm yang sangat mengerti betul deretan karya Karl Marx mengenai sosialis dan humanis.

Pada awalnya, Berkembangnya sebuah peradaban dari abad ke abad membuat sebuah tatanan sosialis seakan berjalan mengikuti waktu dengan taat, dapat kita lihat pada abad ke-19 dimana sosialisme sampai pada akhir perang dunia I begitu bermakna humanis dan semacam gerakan spiritual pada beberapa benua, namun semakin cepat berjalannya waktu pada abad ke20-21 sosialisme kalah ketika berhadapan dengan semangat kapitalis yang dalam perjalanan awal ingin digusur oleh sosialisme, bahkan sosialisme dalam perjalanan sejarahnya tidak lagi dipandang sebagai gerakan pembebasan martabat namun banyak kalangan yang menganggap sebagai eksklufif gerakan kebangkitan ekonomi kelas buruh yang dengan sendirinya tujuan sosialisme dan humanistic terlupakan dan hanya sebgai pemanis bibir saja, yakni kembali menjadikan ekonomi sebagai tujuan utamanya.
Layaknya cita-cita demokrasi yang kehilangan akar spiritualitasnya, demikian pun cita-cita sosialisme kehilangan kedalamannya yaitu profetis-mesianis-perdamaian, keadilan dan persaudaraan manusia. Lebih jelasnya sosialisme dan humanistic digunakan sebagai alat mendongkrak ekonomi beberapa kelas dan telah melangkah jauh dari cita-cita dan tujuan awal mereka.

Itulah manusia dengan sifat aslinya, namun lebih daripada hal diatas yang saya paparkan saya akan berusaha untuk menjelaskan secara singkat dalam tulisan ini tentang bagaimana “Memanusiakan Manusia dan Menjayakan Manusia”. Diantara pembaca tulisan ini seakan bertanya keras nan bisu dalam sebuah tempat terdalam dihatinya tentang kata “Memanusiakan Manusia”. Yah, kata diatas saya ambil karena sebuah kesedihan mendalam ketika hari ini manusia telah melangkah terlalu jauh, bertindak terlalu gila atas realita hidup yang mengelilinginya. Memanusiakan adalah kata yang mewakili tulisan ini, semoga setiap paragraph singkat ini dapat menyadaprkan dan menumbuhkan jiwa-jiwa atau sisi kemanusiaan dalam diri kita masing-masing sehingga sepatutnya sadar bahwa apa yang sebenarnya kita hadapai tak lebih dari kebodohan dan keserakahan kita yang dahulu menginisiasi langkah serakah kita.

Alur tulisan saya kali ini adalah befokus pada kegiatan manusia pada abad ke 21 menuju abad 20 agar kiranya manusia menyadari apa langkah-langkah penuh penyesalan yang telah mereka perbuat. Pada tahapan awal saya akan masuk sedikit lebih dalam tentang kerusakan/factor pengrusak ketertiban dan kedamaian yang bahkan dimana PBB pun seakan menutup erat mata dan telinga mereka dari fenomena ini, Yah, Potensi Nuklir dan Bom Atom. Sebuah prestasi terbesar intelek manusia dimana senjata nuklir menjadi bahan untuk saling mengancam, saling membunuh dan saling menakuti negara lain dan disatu sisi mereka seakan tak menyadari bahwa realitanya yang menjadi tuan atas mereka semua adalah nuklir tersebut, manusia yang menciptakan nuklir namun sekarang dapat dilihat bahwa nuklirlah yang menjadi tuan, bukan lagi hamba. Kekuatan maha dasyat manusia seakan menjadi musuh umat manusia, dan sepatutnya kita berfikir bahwa masih adakah waktu untuk membalikkan arus ini.? Dapatkah kita kembali mengubahnya dan menjadi tuan atas situasi, bukannya situasi yang mengatur kita.? Mampukah kita mengatur barbarism yang semakin mengakar, yang membuat kita coba menyelesaikan masalah hanya dengan satu cara yang nyatanya tidak mampu menyelesaikan persoalan, kekerasan dan kekuatan atas senjata dan pembunuhan?
“sepatutnya kita merenung dan berfikir sejenak persoalan yang dihadapi oleh umat manusia”

Tuesday, March 5, 2019


Hidup tak pernah bisa tertebak bagaimana awal dan akhirnya, selain sebagai suatu fase panjang yang harus kita lalui sebagaimana mestinya, untuk mencapai suatu kesempurnaan. Hidup tak selalu bisa terencana akan dimulai dan berakhir dimana. Terkadang kita hanya sekedar menjalani tanpa tahu arah dan tujuan, namun tak sedikit yang sadar, untuk apa ia hidup, dan bagaimana ia harus menjalani hidupnya.

Bagiku hidup dimulai ketika aku paham, untuk apa aku dilahirkan. Seperti sebuah perjalanan panjang menuju satu keabadian. Perjalanan yang tak akan pernah sanggup aku lalui sendirian. Melangkah sunyi, ditengah keramaian, perasaan terasing dalam sebuah pesta pora yang berujung huru hara. Sungguh, betapa sepi hidupku tanpa kehadiran peran-peran lain yang mewarnai setiap langkah hari demi hari.

Bagiku hidup bagaikan sebuah persinggahan dalam menjalani suatu perjalanan. Terkadang kita berhenti sejenak melepas lelah, menatap sekitar, menyaksikan polah tingkah orang-orang yang sama sekali tak kita kenal. Mempelajari sebuah rasa, sedih,marah, kecewa, tangis, bahagia, senyum, hampa dan kosong.

Aku melangkahkan kaki setapak demi setapak, perlahan menjejak. Dalam perjalanan yang terkadang berbatu, terkadang mendaki dan terjal, menurun, tandus, penuh bunga. Bagaikan sebuah pentas drama raksasa yang penuh aktor menyelami perannya masing-masing. Dengan skenario diselembar kertas lusuh terlekat erat ditangan.

Aku bertemu pelangi, aku bertemu hujan yang merindukan bumi, aku menjumpai banyak sosok yang berperan penting dalam perjalanan hidupku. Dan aku menjumpaimu...menjumpai kalian..
Sosok yang kutemui dalam sebuah halte persinggahan ketika aku melepas lelah. Seorang yang malu-malu menyapa dengan hati-hati dan santun, hingga membuatku merasa perlu menjawab uluran perkenalan yang kau tawarkan. Menjawab sapaanmu menjadi suatu keharusan buatku dan bukan kewajiban.

Kamu akhirnya menjadi teman dan sahabat dalam perjalanan yang cukup menyenangkan, aku mengatakan cukup karena kita belum pernah saling bertatap muka, hanya sebuah perjalanan menyusuri ruang-ruang maya yang dingin dan beku. Sebuah percakapan ringan melompat dari satu masalah ke masalah lain, dari satu topik ke topik lain. Mengalir begitu saja.

Setelah hari mulai merayap senja. Setelah kita cukup tenaga untuk berjalan menempuh perjalanan panjang... Menemui peran-peran lain dalam kehidupan kita. mari bersama sama menggulung mendung agar hujan kembali reda, mari perbaharui dalam fase fase yang kaya akan warna :)

Saturday, February 23, 2019


Berkali-kali dia ucapkan politik “akal sehat” dan disandingkan dengan “politik harapan”. Dengan lagaknya yang kenyang filsafat, dia membuat diagram ideologi. Itu yang saya ingat. Dan keusilan saya memantik diskusi utilitarianisme.
Kesan saya saat itu, orang ini punya semangat yang tulus menjaga republik. Tentu, kesan sok Menteng itu yang tak akan lekang dalam horizon pikiran saya. Entah siapa yang lebih dulu, menorehka kalimat politik akal sehat diantara mereka. Dugaan saya semantik itu adalah rumusan Almarhum Syahrir. Dan Rocky hanya sebagai backing vocal dari suara Syahrir. Jika kita tidak ingin mengatakan Rocky adalah asisten Ci’il (Syahrir).
Yang pasti, politik akal sehat adalah sebuah pupuk terbaik untuk tumbuh suburnya kebangsaan kita. Setelah pertemuan itu, saya berkenalan lebih akrab dengan pikiran Rocky. Satu-satunya saluran yang paling mungkin adalah melalui media sosial.
Berkali-kali saya blusukan pasar buku-buku bekas, tak satu pun saya menemukan pikiranya yang termanifest dalam sebuah jurnal, apalagi buku. Singkat cerita, saya memaknai politik akal sehat adalah satu upaya mengambil alih fungsi sosial yang kerap ditinggalkan kaum intelektual. Apa itu? Sebagai kompresor dan kondensator. Filsafat sebagai pandangan hidup, seharusnya bisa mengaktivkan kedua fungsi kerja itu secara seksama.
Akal sehat bisa menjadi kompresor, disaat argumen-argumen publik dikelola tanpa melirik secuil kepentingan elektoral. Jika Rocky utarakan pendapat itu dilantamkan diatas podium elektoral. Maka sejatinya, pandangan itu harus mati atas nama peradaban. Karena kadar kontaminasi elektoral sudah begitu pekat.
Dalam hal yang lain, akal sehat juga menarik satuan elemen politik harapan. Dengan begitu, politik akal sehat berfungsi sebagai kondensator. Konflik dan segregasi sosial di redam dalam sebuah khazanah kebangsaan. Dan pada waktunya, energi yang tersimpan dialirkan untuk kemajuan zaman.
Saya tidak tahu, apakah Rocky memahmi fungsi-fungsi akal sehat itu. Atau, dia hanya mengulang tentang sesuatu yang diucapkan Ci’il, tanpa pernah mengerti satu kalimat pun.  Satu tahun lalu, di sebuah senja yang syahdu. Saya, Tumpak Sitorus dan seorang profesor hukum UI melakukan ritus akal sehat. Sore itu adalah ritus bagi kami. Cerita politik, filsafat dan ketololan penyebar kebencian. Bagi kita, itu semacam hiburan yang mendidik. Selain tetap mengaktifkan nalar kritis pada rezim penguasa.
Entah Malaikat mana, yang menuntun kita menentukan nama Rocky Gerung, sebagai subjek hiburan. Sang professor hukum membeberkan fakta begitu naifnya Rocky Gerung. Dalam peradaban maya Rocky berupaya mempertahankan reputasi sebagai “Devil Advocate”. Tapi sialnya, dalam keseharian Rocky adalah hamba sahaya dari sebuah persekongkolan oligarki politik. Ya, Rocky saat itu melatih AHY.
Tumpak Sitorus menguatkan saya. Orang yang pernah menjadi pimpinan Rocky Gerung saat membangun Partai Indonesia Baru. Besutan Dr. Syahrir. Tumpak meneguhkan, bahwa hidup Rocky mahal, sedangkan dulu hidupnya ditanggung oleh almarhum Ci’il. Dan Rocky, memang tidak pernah menjadi Dosen UI.
Sejenak, politik akal sehat saya aktif. Ada semacam hasrat akal sehat, membuka tabir basa-basi Rocky. Di sanalah, untuk pertama kalinya saya menantang Rocky Gerung. Secara terbuka. Banyak orang yang tidak memahami.
Menerka, ini adalah soal popularitas. Sama sekali tidak. Harapanya, ini adalah perjuangan “Akal Sehat”. Prasyaratnya adalah kejujuran publik. Dalam hal ini, Rocky sudah jauh menyimpang dari khazanah pikiran Ci’il. Soal politik akal sehat. Rocky menipu daya publik, dengan retorika yang ditopang oleh bobroknya moralitas. Di situ, Rocky mulai demagog. Bersyair soal kedunguan. ( GEOTIME).
Fakta diatas tentu dapat dijadikan referensi oleh para pembaca sekalian dalam menarik kesimpulan terkait opini ini.  Pejuang akal sehat, tidak boleh terpancing dengan diksi “Kitab Suci Fiksi”. Akal sehat bergantung pada nalar publik, dengan begitu kita harus lebih percaya pada perbincangan publik. Tentu, tidak mudah. Kendati yang pasti, Rocky dan gerombolan boy band-nya sedang melakukan siasat jahat.
Siasat jahat itu adalah provokasi terhadap institusi Polisi. Mungkin sekarang Rocky sedang mengidam-idamkan Rizieq Shihab. Betapa jahatnya, maka dia sedang merelakan dirinya untuk dijadikan martir dari gerombolan pembenci Jokowi.
Secara perlahan, Rocky berhasil menghasut publik untuk mengkhianati keyakinan teologisnya sendiri. Dalam definisi agnostik, atau bahkan ateisme apa yang diucapkan Rocky mengandung kebenaran. Namun tetapi, dalam keyakinan liturgis itu bertolak belakang.
Jika saya mengacu dalam definisi Islam, perintah salat termaktub dalam ayat-ayat Al-Quran. Maka berarti, bagi saya Al-Quran bukanlah fiksi. Al-Quran adalah keyakinan yang bukan berlatar karangan.
Siasat jahat, berjalan efektif. Banyak orang membela Rocky, soal pernyataan Kitab Suci Fiksi. Para pembela itu, tentu mereka yang sepakat dan menerima perintah ibadahnya adalah sebuah karangan.
Mereka yang juga menerima dan yakin, bahwa peristiwa-peristiwa ilahiah juga karangan pencetak kitab. Siasat jahat Rocky, memiliki suksesi atas de-teologisasi. Satu upaya, merendahkan nilai-nilai keyakinan teologis.
Jika begitu, Anda berada di mana ?
Terkait bermanfaat atau tidaknya keberadaan Politik Akal Sehat  bagi Masyarakat  seharusnya dipertanyakan kepada masyarakat itu  meliputi apa saja yang sudah dihasilkan Politik Akal Sehat tersebut, bagaimana pengaplikasian politik akal sehat,. Apabila kemudian Politik Akal Sehat  ternyata tidak betmanfaat bagi masyarakat  menitikberatkan kesalahan tersebut  kepada pribadi masing masing yang tak kasat mata malah lupa akan belajar membaca sederet buku yang mampu mengubah dilema nya politik akal sehat sehingga menjadi pribadi yang mampu memahami apa itu politik akal sehat karena jika  seorang  telah memabaca dan malah berdusta akan politik akal sehat  maka dia adalah sebuah kemaksiatan intelektual karena pada faktanya dia sudah tahu.
.