Monday, April 8, 2019

(Henri Bergson )


Bagi saya, hal yang paling mengecewakan sempitnya pengetahuan. "Intuisionisme"

Intuisionisme (berasal dari bahasa Latin: intuitio yang berarti pemandangan) adalah suatu aliran filsafat yang menganggap adanya satu kemampuan tingkat tinggi yang dimiliki manusia, yaitu intuisi . Tokoh aliran ini diantaranya dalah Henri Bergson . Intuisionisme selalu berdebat dengan paham rasionalisme . 

Ini seakan menjadi kecanduan yang tidak terlihat. Mengapa aku menjadi begitu saja? implusif bahkan perasaan cemas yang sama sekali tidak dapat diperhitungkan oleh keadaanku sendiri. Rasanya seperti ego tetapi ini adakalanya menjadi suara batin. Kebingungan seperti mengejar dominan antara batin dan pikiran.

Apakah ini pikiran? Apakah ini juga suara terdalam? Atau mungkinkah ini cara kehendak ingin memiliki? Aku rasa saat ini aku bukan diriku, tidak tenang, cemas, sedikit rindu, menunggu. Aku pikir apakah ini kekaguman yang dibentuk pikiran? Mungkin ini keadaan alamiah kita memuja diri yang lain? Menjadi manusia seakan menjadi misteri bagi dirinya sendiri, hanya kegelisahan batin, seakan merindukan yang sebelumnya tidak dirindukan.

Gerak yang diinginkan tetapi tidak diingini. Menginginkan diterima, dicintai bahkan ditunggu keberadaaanya. Bidadari dari sana apakah kau juga merasa kau bukan dirimu saat ini? Melelahkan tetapi menghernakan, sejenak hilang ketika perasaan ini tersambut. Ketika bidadari antusias dengan cerita, dengan candaan dan gagasan akan nasib kita kedepan. Bahkan aku seperti ada dalam duniaku, kemudian hilang lagi, terjebak lagi dalam fana.

Dirasa ini seperti petualangan batin, bagaimana ketika batin ini rindu untuk teruji. Kata mereka ini cinta, rindu bahkan ini lompatan untuk kehidupan yang sesunggunya. Aku menikmatinya, mencoba membacanya, bahkan menjadi kontrol bagi batinku sendiri. Yang kadang larut dalam diam, kecurigaan yang tidak berdasar, menebak rasa dari kejauhan.

Aku menikmatinya dengan tenggelam, membaca filsafat cinta lagi. Kata plato, athur scopenhaur, jalaluddin rumi, jaen paul satre dan tokoh-tokoh lain. Malam dan musik-musik juga lagu yang indah. Membayangkan bayangan dirimu yang menggetarkan hati. Wajahmu yang manis anugrah terindah mata ini untuk melihatnya.

Mengingatmu, aku terbawa kepada masa lalu. Gadis kecil yang manis menghampiri kita masa itu. Membawa kantong plastik dan bertanya sesuatu dengan polosnya. Apakah itu? Rasanya aku ingin menanyakanmu, siapa namamu, dalam batinku terasirat dengan vision kau seperti jodohku. Imajinasi menunjuk kita akan bertemu ditempat yang sama dimasa depan. Dalam khayal jika semesta mengizinkan berjodoh kita bertemu suatu saat nanti.

Seperti berperang lagi, aku dan batinku, pikiranku dan batinku, raga dan khayalanku. Mimpi-mimpi yang berulang akankah kau membawa kita untuk selamanya? Menjadi tetua untuk pembawa cahaya di masa depan? Untuk kemuliaan dunia kita, keadilan, menghapus rasa sengsara, untuk kemanusiaan. Kita tidak akan tahu kalau kita tidak pernah mencoba.

Dalam lagu fix you milik coldplay, cahaya akan memuntunmu pulang. Kebahagiaan di antara duka dan nestapa, yang hilang lalu kembali. Aku akan membenahimu seperti kau juga membenahiku, tanpa sadar, tanpa ketukan gendang. Petualangan batin ini biarlah seperti semsestinya, tentang bagaimana takdir akan berkerja selanjutnya. Aku beruntung menemukanmu apapun takdir kita nanti, tetapi dalamnya keinginanku satukalah kita takdir.

Sunday, April 7, 2019


Hai, skripsik yang malang, kalau kamu bisa bicara, kamu pasti bilang seperti ini kayaknya 

Kamu itu maksudnya apa sih? Kemarin kamu semangat , ngerjain skripsi dari pagi sampai malam meskipun kamu tidak melupakan kesehatanmu juga, kamu rela nungguin dosen berjam-jam dari pagi sampai tiba dosenmu bisa ditemui-bahkan sebelum mobil dosenmu terparkir rapi di halaman gedung fakultasmu demi mendapat petunjuk jalan agar kita bisa berteman baik nantinya.

Kamu juga rela dan sabar memperbaiki skripsi meskipun kamu telah memperbaikinya berkali-kali demi memperkenalkan kepada dosen dan teman-temanmu lewat seminar yang kamu paparkan dengan sempurna. Setelah kamu berhasil memperkenalkan kepada teman-temanmu, kamu juga berhasil menjalankan janji yang kamu tulis tentang selama tiga bulan lamanya, kamu juga sudah memberi teman baru berupa bab baru lagi di tubuh skripsi , tapi kenapa kamu belum menyelesaikan semuanya secara tuntas?

Apa aku terlalu mengusikmu sehingga kau tidak mau lagi berteman denganku? Atau aku terdaftar menjadi salah beban dalam fikiranmu? Apa kamu malu berteman denganku lagi sehingga kamu belum mengenalkanku kepada teman dan dosenmu untuk kedua kalinya?
Ayolah, jangan menyerah terhadapku . Saat kamu mendekatiku dulu, saat itu juga aku merasa bangga terhadapmu karena kamu mau mendekatiku dengan tulus meskipun aku tahu, banyak ketakutan yang melingkupi fikiranmu. Aku ingin kamu menyelesaikanku sampai tuntas tanpa membiarkanku terlalu lama sendiri dengan sejuta tanya yang menyelimutiku.

Aku masih ingin berteman baik denganmu, meskipun aku tahu, harus ada banyak hal yang kamu persiapkan untuk menyempurnakan bagian tubuhku. Jangan tinggalkan aku terlalu lama ya, wahai kamu yang telah menjadi sahabatku beberapa bulan terakhir.”
Saat aku berusaha menciptakan suasana percakapanku dengan skripsiku, aku merasa bersalah karena telah meninggalkannya dua bulan terakhir ini. Seakan-akan aku belum menyelesaikan janji yang telah ku buat untuk masa studiku, dosenku, ibuku, bahkan untuk diriku sendiri. Aku juga tidak mengerti kenapa aku tersendat dalam penyelesaian tulisanku ini.

Ah, mungkin karena aku belum berdamai dengan pikiranku, yang berasumsi bahwa aku harus mempersiapkan banyak hal sebagai jaminan, bahwa aku dan skripsiku beneran teman baik tanpa ada yang harus mempertanyakan kebenaran keberadaannya. Dan asumsi itu memang harus terwujud.

“Maafkan aku yang membiarkanmu sendiri beberapa bulan terakhir wahai skripsiku yang mau berteman baik denganku beberapa bulan terakhir. Bukannya aku bermaksud demikian, tetapi aku perlu banyak persiapan untuk menyempurnakan keberadaanmu, agar kelak saat aku ditanyakan mengenai dirimu, aku bisa memaparkannya dengan sempurna tanpa ada kekurangan sedikitpun yang bisa membanggakanmu juga bahwa kamu gak salah pilih telah berteman baik denganku.

Aku masih butuh banyak waktu untuk mempersiapkan semuanya. Kamu juga tahu kan bahwa selama ini aku lamban dalam menyelesaikan beberapa hal, karena aku terlalu banyak mengulur waktu dengan berfikir tanpa mau melaksanakannya dengan segera.
Bersabarlah wahai skripsiku, karena aku akan memperkenalkanmu kembali kepada teman-temanku dan dosenku nantinya, bahkan aku akan menceritakan semuanya tentangmu di depan dosen penguji dan pembimbingku. Akan ku buat dirimu bangga dengan memperkenalkan kamu banyak teman baru di perpustakaan sana karena kamu menjadi salah satu pengisi rak tempat skripsi yang lain berada.

Jangan takut aku meninggalkanmu ya skripsiku, karena selama ini aku juga berusaha sekuat tenaga untuk membukamu lagi, menulis lagi di tubuhmu, dan akan menyempurnakan setiap bab yang menjadi pelengkap keberadaanmu. Jangan pernah lelah menyemangatiku saat aku mulai goyah dengan suasana sekitarku, ingatkan aku terus tentang janjiku selama ini terhadapmu, dan jangan pernah tinggalkan aku meskipun aku sering meninggalkanmu sendirian dalam bab di laptop kecilku ini.

Aku akan menyelesaikanmu dengan segera. Itu janjiku. Tetap menjadi sahabat baikk  skripsi, yang lewat kamu, akan mengantarkanku nantinya ke pintu baru yang harus ku buka, agar aku bisa melihat dan membuka pintu lain yang masih tertutup. Semangat buat kita berdua . Ingat janjiku . Aku akan melengkapi bagian tubuhmu dengan segera. Ya, sesegera mungkin.”
Tetap tunggu aku menepati janjiku kepadamu wahai skripsiku yang telah berteman baik denganku selama ini.

Dan dan berberapa cerita temanku. Ada pula seorang teman bercerita bahwa ia telah menyerahkan skripsi untuk dosen pembimbingnya.Ia disuruh datang kembali seminggu kemudian. Tapi ketika datang, skripsi yang telah dijanjikan itu belum diperiksa karena terlalu banyak skripsi yang ditangani.

Seorang teman juga bercerita masalah lain. Ia menggambarkan dengan analogi yang apik. Katanya, ketika dua gajah berkelahi maka semut dan rumputlah yang menjadi korban. Ia menjadi bingung dan frustrasi karena pembimbing I dan pembimbing II skripsinya bersikeras pada ide masing-masing.

Seorang teman juga terang-terangan merekayasa hasil penelitian. Alasannya karena ia tahu skripsinya akan berakhir di lemari atau tempat yang sedikit lebih baik dari tong sampah. Ini juga menjadi satu motif mereka yang terkadang terpaksa mendaur ulang bulat-bulat skripsi orang lain.

Ada pula trauma skripsi yang membesut gejala research phobia. Setelah menyelesaikan skripsi, mereka menutup diri dan menolak bergelut dengan hal-hal yang berbau penelitian. Begitu mendengar kata penelitian, kening berkerut seperti kembali ke masa suram.
Kalau kita terjun ke lapisan bawah, kita juga akan berhadapan dengan gejala lain yang sudah menjadi rahasia umum.

Dosa akademik

Di samping itu, praktik dosa akademik tumbuh subur dari waktu ke waktu yaitu penjualan jasa pembuatan skripsi. Timbulnya sikap yang tidak terpuji seperti ini, tentu tidak salah jika kita bertanya; Apakah masih relevan pemberlakukan skripsi sebagai syarat akhir bagi lulusan perguruan tinggi atau universitas? Bagaimana kalau seandainya skripsi ditanggalkan dari kurikulum?

Pada universitas sering dikenal falsafah Tri Dharma Perguruan Tinggi. Tiga pilar yang menjadi acuan seorang mahasiswa atau mahasiswi yang belajar di universitas: pendidikan, penelitian dan pengabdian. Skripsi adalah salah satu ejawantah dari penelitian. Karena itu, ini menjadi alasan mengapa skripsi itu menjadi penting. Ada yang mengatakan kalau dulu di Malaysia angka kecelakaan jalan raya sangat tinggi. Persoalan itu mendorong pemerintah Malaysia untuk menggiring ilmuan melakukan penelitian. Hasil dari penelitian tersebut melahirkan kebijakan baru yang tepat sasaran dan bisa menjadi solusi bagi upaya menekan angka kecelakaan di jlan raya. Dengan begitu, banyak nyawa telah terselamatkan. Ini menjadi salah satu contoh manfaat penelitian yang dapat dirasakan oleh khalayak.
Dalam konteks di atas memang penelitian memberi dampak yang dapat dirasa dalam kehidupan sosial. Tapi bagaimana dengan kondisi penelitian di perguruan-perguruan tinggi tempat kita? Adakah hasil penelitian yang telah memberi dampak signifikan pada kehidupan?

Agaknya sulit menjawab pertanyaan ini. Pada praktiknya, di tempat kita skripsi nyaris tidak memberi sumbangsih apa-apa. Hanya menjadi formalitas untuk sah mendapat gelar sarjana dan ijazah. Selebihnya menjadi momok yang ditakuti oleh sebagian besar mahasiswa yang notabene digelari masyarakat ilmiah. Dalam kehidupan akademik kita, antara penelitian dan realita masih berjalan sendiri-sendiri. Permasalahan urgen yang muncul lain dan yang diteliti pun lain.

Kebanyakan mahasiswa terutama mahasiswa strata satu seperti belum siap berada pada tahapan penelitian. Banyak di antara mereka belum selesai dengan tahapan berpikir kritis, ilmiah dan kelihaian membangun argumentasi. Maka ketika tiba-tiba berhadapan dengan penelitian, terasa seperti tiba-tiba menabrak tembok. Bisa jadi ini juga permasalahan dari mahasiswa sendiri karena kebanyakan masih terlihat kurang membaca. Beberapa bahkan bersikap anti-text.

Apakah Tri Dharma Perguruan Tinggi itu telah menjadi hukum yang tak bisa diganggu-gugat lagi? Kalau pun kita masih bersikukuh dengan penerapan skripsi sebagai syarat akhir pembelajaran di universitas, hendaknya perlu dipertimbangkan kembali beberapa hal: Pertama, makna substantif dari tujuan melakukan penelitian. Apakah tujuan utamanya semata-mata untuk syarat lulus belaka? Bukankah pemantapan logika berpikir dalam menganalisa persoalan dan keterampilan menulis menjadi satu tujuan ideal yang ingin dicapai?

Kedua, hendaknya perguruan tinggi memasukkan mata kuliah etika penelitian untuk mengurangi kadar plagiasi alias penciplakan. Selama ini mata kuliah ini sangat kurang (kalau tak ingin dikatakan tidak ada sama sekali). Kasus penjiplakan tentu bukan barang baru di tempat kita. Hampir setiap dosen pembimbing pernah menemui mahasiswa bimbingannya menjiplak hasil karya orang lain.

Etika penelitian

Ketiadaan atau minimnya mata kuliah etika penelitian ini juga bisa membuat kita permisif atau akrab dengan budaya copy paste. Lama-lama terbentuk dalam pikiran kita bahwa itu hanyalah persoalan biasa dan lazim. Kita nyaris tidak mungkin menghapus menu copy paste pada komputer, tetapi menumbuhkan kesadaran untuk tidak terhanyut pada kebiasaan copy paste sangat tidak menutup kemungkinan.

Ketiga, memanfaatkan hasil penelitian supaya tidak ada kesan siasia. Seorang teman pernah berseloroh, setiap tahun universitas menerima ratusan hasil penelitian tapi hampir tak satu pun terlihat bermanfaat bagi kehidupan. Dalam pada ini terlihat adanya missing link antara universitas dan masyarakat. Universitas menjadi penyumbang gelar tapi miskin kontribusi. 

Skripsi-skripsi hanya menjadi dokumen yang tersimpan rapi di menara gading.
Memfungsikan hasil penelitian juga menjadi reward yang membuat mahasiswa merasa dihargai dan tidak lesu dalam meneliti. Beberapa instansi pemerintah seperti Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) mungkin bisa diajak menjadi partner. Pemberian penghargaan hasil penelitian terbaik tahunan selain gelar cumlaude juga menjadi satu alternatif.

Dan, terakhir yang juga tak kalah penting adalah para dosen pembimbing hendaknya tetap santun dan menjadi pembimbing yang baik, bukan pembimbang.

Friday, April 5, 2019


Paulo Freire adalah tokoh pendidikan yang sangat kontroversial. Ia menggugat sistem pendidikan yang telah mapan dalam masyarakat Brasil. Bagi dia, sistem pendidikan yang ada sama sekali tidak berpihak pada rakyat miskin tetapi sebaliknya justru mengasingkan dan menjadi alat penindasan oleh penguasa. Karena pendidikan yang demikian hanya menguntungkan penguasa maka harus dihapuskan dan digantikan dengan sistem pendidikan yang baru. Sebagai jalan keluar atas kritikan tajam itu maka Freire menawarkan suatu sistem pendidikan alternatif yang menurutnya relevan bagi masyarakat miskin dan tersisih. Kritikan dan pendidikan altenatif yang ditawarkan Freire itu menarik untuk dipakai menganalisis permasalahan pendidikan di Indonesia.

Walaupun harus diakui bahwa konteks yang melatarbelakangi lahirnya pemikiran yang kontroversial mengenai pendidikan itu berbeda dengan konteks Indonesia. Namun di balik kesadaran itu, ada keyakinan bahwa filsafat pendidikan yang ada di belakang pemikiran Freire dan juga metodologi
pendidikan yang ditawarkan akan bermanfaat dalam “membedah” permasalahan pendidikan di Indonesia.
Pandangan Paulo Freire Tentang Pendidikan. Pandangan Paulo Freire tentang pendidikan tercermin dalam kritikannya yang tajam terhadap sistem pendidikan dan dalam pendidikan alternatif yang ia tawarkan. Baik kritikan maupun tawaran konstruktif Freire keduanya lahir dari suatu pergumulan dalam konteks nyata yang ia hadapi dan sekaligus merupakan refleksi filsafat pendidikannya yang berporos pada pemahaman tentang manusia.

a. Konteks Yang Melatarbelakangi Pemikiran Paulo Freire.

Hidup Freire merupakan suatu rangkaian perjuangan dalam konteksnya. Ia lahir tanggal 19 September 1921
di Recife, Timur Laut Brasilia. Masa kanak-kanaknya dilalui dalam situasi penindasan karena orang tuanya
yang kelas menengah jatuh miskin pada tahun 1929. Setamat sekolah menengah, Freire kemudian belajar
Hukum, Filsafat, dan Psikologi. Sementara kuliah, ia bekerja “part time” sebagai instuktur bahasa Potugis di
sekolah menengah. Ia meraih gelar doktor pada tahun 1959 lalu diangkat menjadi profesor. Dalam kedudukannya sebagi dosen, ia menerapkan sistem pendidikan “hadap-masalah” sebagai kebalikan dari pendidikan “gaya bank”. Sistem pendidikan hadap masalah yang penekanan utamanya pada penyadaran nara didik menimbulkan kekuatiran di kalangan para penguasa. Karena itu, ia dipenjarakan pada tahun 1964 dan kemudian diasingkan ke Chile. Pengasingan itu, walaupun mencabut ia dari akar budayanya yang menimbulkan ketegangan, tidak membuat idenya yang membebaskan “dipenjarakan”, tetapi sebaliknya ide itu semakin menyebar ke seluruh dunia. Ia mengajar di Universitas Havard, USA pada tahun 1969-1970. Ia pernah menjadi konsultan bidang pendidikan WCC.
Pemikiran Paulo Freire tentang pendidikan lahir dari pergumulannya selama bekerja bertahun-tahun di tengah-tengah masyarakat desa yang miskin dan tidak “berpendidikan”. Masyarakat feodal (hirarkis) adalah struktur masyarakat yang umum berpengaruh di Amerika Latin pada saat itu. Dalam masyarakat feodal yang hirarkis ini terjadi perbedaan mencolok antara strata masyarakat “atas” dengan strata masyarakat “bawah”. Golongan atas menjadi penindas masyarakat bawah dengan melalui kekuasaan politik dan akumulasi kekayaan, karena itu menyebabkan golongan masyarakat bawah menjadi semakin miskin yang sekaligus semakin menguatkan ketergantungan kaum tertindas kepada para penindas itu.
Dalam kehidupan masyarakat yang sangat kontras itu, lahirlah suatu kebudayaan yang disebut Freire dengan
kebudayaan “bisu”. Kesadaran refleksi kritis dalam budaya seperti ini tetap tidur dan tidak tergugah. Akibatnya waktu lalu hanya dilihat sebagai sekat hari ini yang menghimpit. Manusia tenggelam dalam “hari ini” yang panjang, monoton dan membosankan sedangkan eksistensi masa lalu dan masa akan datang belum disadari. Dalam kebudayaan bisu yang demikian itu kaum tertindas hanya menerima begitu saja segala perlakuan dari kaum penindas. Bahkan, ada ketakutan pada kaum tertindas akan adanya kesadaran tentang ketertindasan mereka. Itulah dehumanisasi karena bahasa sebagai prakondisi untuk menguasai realitas hidup telah menjadi kebisuan. Diam atau bisu dalam konteks yang dimaksud Freire bukan karena protes atas perlakuan yang tidak adil. Itu juga bukan strategi untuk menahan intervensi penguasa dari luar. Tetapi, budaya bisu yang terjadi adalah karena bisu dan bukan membisu. Mereka dalam budaya bisu memang tidak tahu apa-apa. Mereka tidak memiliki kesadaran bahwa mereka bisu dan dibisukan. Karena itu, menurut Freire untuk menguasai realitas hidup ini termasuk menyadari kebisuan itu, maka bahasa harus dikuasai. Menguasai bahasa berarti mempunyai kesadaran kritis dalam mengungkapkan realitas. Untuk itu, pendidikan yang dapat membebaskan dan memberdayakan adalah pendidikan yang melaluinya nara didik dapat mendengar suaranya yang asli. Pendidikan yang relevan dalam masyarakat berbudaya bisu adalah mengajar untuk memampukan mereka mendengarkan suaranya sendiri dan bukan suara dari luar termasuk suara sang pendidik. Dalam konteks yang demikian itulah Freire bergumul.  Ia terpanggil untuk membebaskan masyarakatnya yang tertindas dan yang telah “dibisukan”. Pendidikan “gaya bank” dilihatnya sebagai salah satu sumber yang mengokohkan penindasan dan kebisuan itu. Karena itulah, ia menawarkan pendidikan “hadapmasalah” sebagai jalan membangkitkan kesadaran masyarakat bisu .

b. Kritikan Paulo Freire Terhadap Pendidikan “Gaya Bank”.

Dalam sistem pendidikan yang diterapkan di Brasilia pada masa Freire, anak didik tidak dilihat sebagai yang dinamis dan punya kreasi tetapi dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan/dalil pengetahuan. Semakin banyak isi yang dimasukkan oleh gurunya dalam “wadah” itu, maka semakin baiklah gurunya. Karena itu semakin patuh wadah itu semakin baiklah ia. Jadi, murid/nara didik hanya menghafal seluruh yang diceritrakan oleh gurunya tanpa mengerti. Nara didik adalah obyek dan bukan subyek. Pendidikan yang demikian itulah yang disebut oleh Freire sebagai pendidikan “gaya bank”. Disebut pendidikan gaya bank sebab dalam proses belajar mengajar guru tidak memberikan pengertian kepada nara didik, tetapi memindahkan sejumlah dalil atau rumusan kepada siswa untuk disimpan yang kemudian akan dikeluarkan dalam bentuk yang sama jika diperlukan. Nara didik adalah pengumpul dan penyimpan sejumlah pengetahuan, tetapi pada akhirnya nara didik itu sendiri yang “disimpan” sebab miskinnya daya cipta. Karena itu pendidikan gaya bank menguntungkan kaum penindas dalam melestarikan penindasan terhadap sesamanya manusia.
Pendidikan “gaya bank” itu ditolak dengan tegas oleh Paulo Freire. Penolakannya itu lahir dari pemahamannya tentang manusia. Ia menolak pandangan yang melihat manusia sebagai mahluk pasif yang tidak perlu membuat pilihan-pilihan atas tanggung jawab pribadi mengenai pendidikannya sendiri. Bagi Freire manusia adalah mahluk yang berelasi dengan Tuhan, sesama dan alam. Dalam relasi dengan alam, manusia tidak hanya berada di dunia tetapi juga bersama dengan dunia. Kesadaran akan kebersamaan dengan dunia menyebabkan manusia berhubungan secara kritis dengan dunia. Manusia tidak hanya bereaksi secara refleks seperti binatang, tetapi memilih, menguji, mengkaji dan mengujinya lagi sebelum melakukan tindakan. Tuhan memberikan kemampuan bagi manusia untuk memilih secara reflektif dan bebas. Dalam relasi seperti itu, manusia berkembang menjadi suatu pribadi yang lahir dari dirinya sendiri. Bertolak dari pemahaman yang demikian itu, maka ia menawarkan sistem pendidikan alternatif sebagai pengganti pendidikan “gaya bank” yang ditolaknya. Sistem pendidikan alternatif yang ditawarkan Freire disebut pendidikan “hadap-masalah”.

c. Pendidikan “Hadap-Masalah”: Suatu Pendidikan Alternatif.

Pendidikan “hadap-masalah” sebagai pendidikan alternatif yang ditawarkan oleh Freire lahir dari konsepsinya tentang manusia. Manusia sendirilah yang dijadikan sebagai titik tolak dalam pendidikan hadap-masalah. Manusia tidak mengada secara terpisah dari dunia dan realitasnya, tetapi ia berada dalam dunia dan bersama-sama dengan realitas dunia. Realitas itulah yang harus diperhadapkan pada nara didik supaya ada kesadaran akan realitas itu. Konsep pedagogis yang demikian didasarkan pada pemahaman bahwa manusia mempunyai potensi untuk berkreasi dalam realitas dan untuk membebaskan diri dari penindasan budaya, ekonomi dan politik.
Kesadaran tumbuh dari pergumulan atas realitas yang dihadapi dan diharapkan akan menghasilkan suatu tingkah laku kritis dalam diri nara didik. Freire membagi empat tingkatan kesadaran manusia, yaitu :

1) Kesadaran intransitif, 
Dimana seseorang hanya terikat pada kebutuhan jasmani, tidak sadar akan sejarah dan tenggelam dalam masa kini yang menindas.

2) Kesadaran semi intransitif atau kesadaran magis
Kesadaran ini terjadi dalam masyarakat berbudaya bisu, dimana masyarakatnya tertutup. Ciri kesadaran ini adalah fatalistis. Hidup berarti hidup di bawah kekuasaan orang lain atau hidup dalam ketergantungan.

3) Kesadaran Naif.

 Pada tingkatan ini sudah ada kemampuan untuk mempertanyakan dan mengenali realitas, tetapi masih ditandai dengan sikap yang primitif dan naif, seperti: mengindentifikasikan diri dengan elite, kembali ke masa lampau, mau menerima penjelasan yang sudah jadi, sikap emosi kuat, banyak berpolemik dan berdebat tetapi bukan dialog.

4) Kesadaran kritis transitif. 

Kesadaran kritis transitif ditandai dengan kedalaman menafsirkan masalah-masalah, percaya diri dalam berdiskusi, mampu menerima dan menolak. Pembicaraan bersifat dialog. Pada tingkat ini orang mampu merefleksi dan melihat hubungan sebab akibat.
Bagi Freire pendidikan yang membebaskan adalah pendidikan yang menumbuhkan kesadaran kritis transitif. Memang ia tidak bermaksud bahwa seseorang langsung mencapai tingkatan kesadaran tertinggi itu, tetapi belajar adalah proses bergerak dari kesadaran nara didik pada masa kini ke tingkatan kesadaran yang di atasnya. Dalam proses belajar yang demikian kontradiksi guru-murid (perbedaan guru sebagai yang menjadi sumber segala pengetahuan dengan murid yang menjadi orang yang tidak tahu apa-apa) tidak ada. Nara didik tidak dilihat dan ditempatkan sebagai obyek yang harus diajar dan menerima. Demikian pula sebaliknya guru tidak berfungsi sebagai pengajar. Guru dan murid adalah sama-sama belajar dari masalah yang dihadapi. Guru dan nara didik bersama-sama sebagai subyek dalam memecahkan permasalahan. Guru bertindak dan berfungsi sebagai koordinator yang memperlancar percakapan dialogis. Ia adalah teman dalam memecahkan permasalahan. Sementara itu, nara didik adalah partisipan aktif dalam dialog tersebut.
Materi dalam proses pendidikan yang demikian tidak diambil dari sejumlah rumusan baku atau dalil dalam buku paket tetapi sejumlah permasalahan. Permasalahan itulah yang menjadi topik dalam diskusi dialogis itu yang diangkat dari kenyataan hidup yang dialami oleh nara didik dalam konteksnya sehari-hari, misalnya dalam pemberantasan buta huruf. Pertamatama peserta didik dan guru secara bersama-sama menemukan dan menyerap tema-tema kunci yang menjadi situasi batas (permasalahan) nara didik. Tema-tema kunci tersebut kemudian didiskusikan dengan memperhatikan berbagai kaitan dan dampaknya. Dengan proses demikian nara didik mendalami situasinya dan mengucapkannya dalam bahasanya sendiri. Inilah yang disebut oleh Freire menamai dunia dengan bahasa sendiri. Kata-kata sebagai hasil penamaan sendiri itu kemudian dieja dan ditulis. Proses demikian semakin diperbanyak sehingga nara didik dapat merangkai kata-kata dari
hasil penamaannya sendiri.

d. Relevansi Pemikiran Freire dalam Konteks Indonesia.

Allen J.Moore mengatakan bahwa konsep Freire yang dirumuskan dalam konteks Amerika Latin tidak bisa
diterapkan begitu saja dalam konteks yang berbeda sebab situasinya dan permasalahannya tidak sama.
Peringatan Moore ini adalah satu kendali supaya kita tidak bertindak naif dalam menganalisis suatu permasalahan dalam konteks yang khas. Hal itu sekaligus menjadi peringatan supaya kritikan Freire dapat dipakai secara kritis dalam menganalisis permasalahan pendidikan di berbagai belahan dunia termasuk di Indonesia. Memang harus diakui bahwa konteks permasalahan Amerika Latin, khususnya Brasilia tidak sama persis dengan permasalahan dalam masyarakat Indonesia, tetapi dalam banyak hal kita menemukan persamaan. Masyarakat Indonesia yang terdiri atas suku-suku adalah masyarakat hierarkis yang nampak dalam strata sosial yang mempunyai sebutan khas di berbagai daerah.  Walaupun strata sosial ini sudah tidak terlalu nampak tetapi justru telah lahir suatu strata sosial baru yang prakteknya hampir sama dengan feodalisme tradisional. Pemegang kendali dalam feodalisme modern adalah kelompok pedagang/pengusaha yang menguasai ekonomi lebih dari setengah kekayaan yang ada. Kelompok tersebut mengakumulasikan kekayaan kurang lebih 80 % kekayaan Indonesia padahal jumlah mereka tidak lebih dari 20 % dari jumlah penduduk. Kedua kelompok “penindas” tersebut semakin memperkokoh kekuasaannya sebab secara praktik hanya mereka yang mampu menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi yang sangat mahal dan terpola dalam sistem kekuasaan itu. Generasi itulah yang kemudian menjadi pewaris “tahta penindasan”. Kalau ada dari kelompok rakyat kecil yang mampu mengecap pendidikan tinggi, ia akan berubah menjadi pemegang kendali feodalisme baru itu baik dalam rangka balas dendam maupun dalam “penindasan” terhadap sesamanya kaum “tertindas”.
Salah satu kritikan Freire adalah pendidikan yang berupaya membebaskan kaum tertindas untuk menjadi penindas baru. Bagi Freire pembebasan kaum tertindas tidak dimaksudkan supaya ia bangkit menjadi penindas yang baru, tetapi supaya sekaligus membebaskan para penindas dari kepenindasannya.
Dalam proses belajar mengajar, pemerintah Republik Indonesia telah mengupayakan untuk menerapkan pendekatan cara belajar siswa aktif (CBSA), tetapi hanya metodenya sajalah yang CBSA. Sementara materi yang disampaikan masih merupakan barang asing yang tidak lahir dari dalam konteks dimana manusia itu ada sehingga pada akhirnya siswa kembali menjadi “bank” penyimpanan sejumlah pengetahuan. Memang siswa aktif belajar dan mungkin berdiskusi dalam kelas tetapi yang  didiskusikan dan dipelajari dalam kelas adalah sejumlah dalil dan rumus yang tidak punya hubungan dengan kehidupannya. Lagi pula relasi guru-siswa adalah pengajar dan yang diajar. Siswa adalah yang belum tahu dan harus diberitahu sedangkan guru adalah yang sudah tahu dan akan memberitahukan. Bukankah itu semua yang disebut oleh Paulo Freire dengan pendidikan “gaya bank”?
Marthen Manggeng/www.oaseonline.org/
dan berbagai sumber.

Thursday, April 4, 2019


"Kenapa Hujan?", katamu, bingung. Bingung karena hujan selalu menjadi inspirasi terbesarku. Dan juga senja. Hujan dan Senja. Dua hal yang bertolak belakang. Yang satu menawarkan romantisme dingin dan sendu, sedangkan yang satu lagi melankolisme hangat dan tenang. Meski keduanya bisa menjadi terjemahan dari rindu, pilu, benci, dan cinta. Oh!!! Apalagi kenangan! Aku sebenarnya tak lebih bingung dari kamu. Kenapa? Sini aku ceritakan.

Tentang Hujan. Bulirnya yang basahi bumi, seolah mengajarkan kita untuk terus tabah. Tabah dalam memberi karena memberi bisa hilang bagai tak berarti. Tabah dalam memberi karena dari memberi kita belajar keikhlasan. Kau pikir tanah tahu seberapa banyak tandus yang hilang saat hujan turun? Atau cacing. Apa kamu mau memberi minum cacing secara cuma cuma seperti hujan? Eh, itu tumbuhan di belantara hutan. Ada gitu yang mau nyiramin satu-satu pohonnya? Enggak kan? Nah, hujan adalah keikhlasan. Keikhlasan karena ia mendukung aksara tergelincir dari lisan sang pencipta, seolah terus menerus menjatuhkan bulir kenyataan dan repetisi dari hal hal yang tak mungkin kembali. Apa kamu bisa menjadi hujan? Kenangan saja terus kamu putar di kepala tanpa pernah berakhir. Tanpa pernah menghilang sewajarnya setelah sejenak menghidupi jiwa. Tanpa pernah selesai, kamu teguk beribu kenangan hanya untuk hilangkan dahaga. Tidak! Kamu tidak bisa menjadi hujan! Ah, apa mungkin kamu senja?!

Tentang Senja. Merah kuning yang membara, tetapi tetap santun. Semangat yang berapi api, tetapi seolah teredam.
Senja yang muncul sebentar untuk menghangatkan. Sekilas menawarkan ketenangan. Lalu sedetik kemudian dilibas oleh kelam menuju malam. Gelaplah cakrawala, tanpa sisakan nyala. Paham tidak? Senja adalah jeda singkat. Di sekian nama tak berarti, yang tak menetap, tetapi sempat lewat meski bukan berarti terlewat. Nama nama itu tetap ada. Di tempatnya yang semula. Itulah senja. Ia mengajarkan kita agar menghargai sesuatu yang hanya sekejap. Untuk kemudian kembali pada nyata, melanjutkan apa yang ada. Kamu senja? Ah, rasanya tidak! Pernah kan, suatu waktu di tepian hari, kamu lupa pada kita yang tak jadi ada? Kamu tidak akan pernah menjadi senja! Hatimu seperti burung. Yang selalu berkelana. Mencari langit yang lain, atau yang mungkin.


Nah, sekarang paham enggak? Kenapa Hujan dan Senja begitu berarti untuk segala inspirasi? Masih gak paham juga? Aduuuuh!!! Kamu sih,tidak pernah menjadi aku, untuk melihat hujan dan senja sebagaimana mestinya. Kamu tidak pernah menjadi aku, untuk memaknai tulus arti kehadiran hujan dan senja. Kamu memang tidak bisa menjadi hujan dan senja, karena tak bisa ikhlas dan menghargai, terhadap apa yang pernah ada.

Kata orang bahagia itu sederhana. Kembali kepada keluarga, berkumpul dengan keluarga, merupakan kebahagiaan yang tersendiri. Kebahagiaan yang tidak bisa dibuat-buat. Dari keluargalah kita bisa hidup bahagia dan membuat orang lain bahagia.

Bagaimana kita bahagia dengan membuat orang lain bahagia? Manusia pada dasarnya adalah mahluk pengabdi. Sudah menjadi fitrahnya untuk melayani. Kebahagiaan sejati ada ketika kita bisa melayani orang lain.

Namun kadangkala sifat tersebut tertutup oleh egonya, Terkamuflase oleh keinginannya berkuasa. Sekilas orang yang berkuasa dan menggunakan kekuasaaannya untuk menindas orang lain akan terlihat lebih bangga. Ada kebahagiaan tersendiri yang muncul walaupun itu adalah kebahagiaan yang semu.

Bukankah kebahagiaan sejati yang kita cari?  Maka bahagiakan orang lain, niscaya dirimu akan bahagia.

Mulailah dari orang-orang yang terkasih. Mulailah dari orang-orang yang terdekat. Kalau membahagiakan orang lain sudah menjadi nilai diri kita, Kalau membahagiakan orang lain sudah menjadi menjadi perilaku kita sehari-hari, maka pada saat itu kebahagiaan diri kita sudah tidak terpikirkan lagi. Kita akan bahagia dalam kebahagiaan yang sebenar-benarnya.

Kadang kamu memilih tuk terlihat bahagia, karena tak ingin menjelaskan mengapa kamu bersedih pada mereka yang bahkan tak berusaha tuk mengerti

Dalam hidup, jangan pernah melakukan sesuatu yang menyenangkan, tapi kamu tahu pada akhirnya hanya memberimu kesedihan.

Tak seorangpun dalam hidup ini sangat kuat. Semua orang merasa kesedihan, tapi terkadang seseorang mampu pura-pura tersenyum.

Kata Mutiara Kesedihan: Hidup ini pilihan, apapun yang membuatmu sedih, tinggalkan. Dan apapun yang membuatmu tersenyum, jangan lepaskan!

Kesedihan bukan untuk diratapi, tapi merupakan panggilan jiwa untuk introspeksi diri dan berbuat yang lebih baik lagi.

Terkadang, orang yang paling kamu inginkan adalah orang yang membuat hidupmu tak begitu banyak sedih jika tanpanya.

Jangan takut mencinta, hanya karena pernah terluka. Cinta sejati tak datang begitu saja, tapi melalui proses sedih dan tawa bersama.

Terkadang, seseorang lebih memilih untuk tersenyum, hanya karena tak ingin menjelaskan mengapa dia bersedih.

Tuhan maha penyayang, maha pengasih. Hanya Tuhan tempat kembali, hanya Tuhan yg mampu mengembalikan kesedihan menjadi kebahagiaan.

Seseorang terlihat kuat, tak berarti dia tak pernah bersedih. Dia bersikap seperti tak ada yang salah, tapi mungkin hatinya terluka.

Ambil pelajaran dari masa lalu, tinggalkan sisanya. Jangan biarkan belenggu kesedihan menutup jalanmu menuju masa depan.

Pintu kebahagiaan selalu terbuka didepan mata, tapi kerap kali tidak terlihat karena kamu tidak menutup pintu kesedihan masa lalu.

Sahabat adalah mereka yang tahu ketika kamu bersedih atau terluka, bahkan jika kamu menyembunyikan semua di balik sebuah senyuman.

Cinta memang sesuatu yang sangat indah, tapi kadang cinta juga memberikan kesedihan yang dalam ketika tanpa rasa percaya.

Jangan pernah biarkan kesedihan di masa lalu membuatmu takut untuk menerima seseorang yang baru. Percayalah kata hatimu.

Senyumlah, tinggalkan sedihmu. Bahagialah, lupakan takutmu. Sakit yang kamu rasa, tak setara dengan bahagia yang akan kamu dapat.

Air mata tak selalu menunjukkan kesedihan, terkadang karena kita tertawa bahagia bersama sahabat terbaik kita.

ketika seseorang melukaimu, janganlah bersedih Karena Tuhan selalu menitipkan penyembuh buatmu.

Ketika seseorang yang sangat berarti pergi, jangan terus bersedih. Kamu akan kehilangan dirimu dan lupa bahwa kamu juga sangat berarti.

Kata Bijak Kesedihan: Jangan pernah menyalahkan orang lain atas kesedihanmu, karena kebahagiaanmu adalah urusanmu. Kebahagiaanmu harus dari dalam dirimu.

Percaya pada diri sendiri, meski mungkin saat ini kamu sedang bersedih. Karena penyemangat terbesar dalam hidupmu adalah dirimu sendiri.

Tuhan tidak pernah membiarkan hambanya terlarut dalam kesedihan, pasti ada rencana indah untuk membayar semua air mata.

Terkadang, bukan karena dusta, kamu membenci seseorang, tapi karena sedih menerima kenyataan bahwa dia tak bisa lagi kamu percaya.

Senyumlah, tinggalkan sedihmu. Bahagialah, lupakan takutmu. Sakit yang kamu rasakan, tak setara dengan bahagia yang akan kamu dapatkan.

SEDIH ketika bersama dia yang kamu pikir kamu cinta, hanya untuk menyadari hatimu masih dimiliki oleh dia yang telah meninggalkanmu di masa lalu.

Tak perlu bersedih akan kekurangan. Ketahuilah, Tuhan pasti memberi kelebihan kepada setiap orang yang memiliki kekurangan.

Tak perlu bersedih ketika impian tidak menjadi kenyataan. Bersyukurlah bahwa mimpi burukpun tidak menjadi kenyataan.

Tak perlu kamu sesali kesalahan masa lalu. Karena semakin lama kamu sesali, semakin lama kamu hidup dalam kesedihan. Maafkan, dan lupakan!

Terkadang, kepedihan harus dilalui sebelum tercapainya kebahagiaan. Tersenyumlah ketika bersedih, karena akan ada kebahagiaan setelah itu.

Kebahagiaan pun kesedihan adalah nikmat Tuhan yang wajib disyukuri. Belajarlah untuk menikmati dan mensyukuri segala yang Tuhan beri.

Jangan banyak berharap pada dia yang tak menghargaimu. Bahagialah dengan yang kamu miliki, dan jangan bersedih dengan yang tidak kamu miliki.

Kebahagiaan tak akan bermakna jika kamu tidak menyertakan orang di sekitarmu yang sedang bersedih. Berbagilah dengan murah hati.

Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi

Cinta itu seperti crayon, warnailah hidup mu dengan sesukamu dengan cinta, hitam putih pun adalah warna cinta yang indah yang klasik namun abadi

Sejuta harapan akan terucap saat malam gelap bertabur bintang. Sejuta cinta akan tercurah saat hati gelap bertabur sayang

Perasaan memang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata, perasaan hanya bisa diungkapkan dari hati ke hati" "Air mata membersihkan hati dari penyakit untuk membenci dan mengajari manusia untuk berbagi penderitaan dengan mereka yang patah hati.

Mereka yang tidak dapat mengingat masa lampau ditakdirkan untuk mengulanginya.
Manusia tidak dapat menuai cinta sampai dia merasakan perpisahan yang menyedihkan dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan.

"Seseorang tidak melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi" *Mahatma Gandhi*

Aku tetap berjalan meski perlahan
Aku akan mencoba kembali berlari meski tertatih..
Hidup tidak akan pernah terhenti.dan waktu tak akan mau menanti..
Aku akan kembali melukis mimpi hati..

"Bukannya hati ini tak sakit dan bukannya hati ini tak hancur, bukan pula hati ini tak perih, namun hanya kepasrahan yang mengiringi"

Tuhan menciptakan cinta bukan untuk menghancurkan jiwa..
Tuhan menciptakan kasih bukan untuk kita meratapi.
Tapi Sebagai teman hati yang akan membuat hidup semakin berarti..

saat ku meneteskan air mata
bukan berarti ku menangis karena cinta
tapi air mata itu menetes
ketika aku mulai melangkahkan kaki ini
untuk pergi meninggalkanmu walaupun tidak untuk selamanya.

sampai jumpa sayang
aku kan selalu merindukanmu
sampai bertemu di lain waktu

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka,
sebab apa yang paling kalian kasihi darinya
mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan
seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran.

Senandung hati ku tak pernah mengatakan ‘sayang’ untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku

Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran *Kahlil Gibran*

Seseorang tidak melakukan hal yang benar di satu bagian kehidupannya sementara dia sibuk melakukan hal yang salah di bagian lain mana pun dari kehidupannya. Hidup adalah sebuah kesatuan yang tak terbagi-bagi *Mahatma Gandhi*

"Senandung hati ku tak pernah mengatakan ‘sayang’ untukmu. Itu karena aku begitu sulit untuk memahami dirimu. Bila kau tau disini aku selalu mengharap kau mengerti aku"

Tidak ada yang percuma..
Tidak ada yang sia2..
Meski semua telah berlalu..
Kenangan indah itu tetap membiru dihatiku..
 Aku tetap merindumu..
 Kamu tetap dalam hatiku..

"Ketika tiba saat perpisahan janganlah kalian berduka, sebab apa yang paling kalian kasihi darinya mungkin akan nampak lebih nyata dari kejauhan – seperti gunung yang nampak lebih agung terlihat dari padang dan dataran "*Kahlil Gibran*

Tidak ada yang berakhir..
Semua hanya diam tak berukir..
Kamu akan selalu ada
Membeku dalam relung jiwa..
Memberi damai dan semangat untuk tetap melangkah,,
Membuatku kembali mengisi sekat-sekat kosong hati dengan ribuan makna..

Lelah menanti.. Cinta untukmu tak pernah berbalas.

Lucu memang.. Aku masih bisa tersenyum manis, melihatmu disana tertawa lepas bersamanya.

Lucu memang, aku masih saja merindukanmu.. Walau kutau hatimu telah mati untukku.

Lucu memang, hati ini selalu berbunga-bunga untukmu walau ku menangis disetiap malam.

Lucu memang, aku masih saja mengharapkanmu.. Walau selalu luka yang kudapat.

Dalam pedih hatiku, rasa ini masih berharap besar padamu.

Suara hatiku selalu bernada sama setiap harinya.. Menyanyikan nyanyian rindu hanya untukmu.

Pernahkah engkau merasakan apa yang kurasakan? Pernahkah kau sadar besarnya rasa yang kuberikan?

Sepi sendiri, terlupakan.. Kau menghilang begitu saja.

Dan diriku terdiam dalam angan, sepi dan menggigil dalam ketakutan. Menyadari bahwa betapa jauh dirimu, betapa sunyi jiwaku

Biasanya wanita cuma mau di dengerin, peluk dia dan berhenti berkomentar

Katanya wanita itu susah dimengerti. Emang kalo kita ungkapin perasaan, pria bisa jd pendengar yg baik?

Tidak akan pernah rugi melakukan apapun dari hati. Lakukan dan lihat hasilnya.

Adakah rasamu sama dengan rasaku? Ataukah rasa ini hanya sebatas berharap?

Tak ada niat tuk melepaskanmu.. Kucoba terima jika pergi itu keinginanmu..

Aku ingin menjadi pelangimu, yang akan selalu bisa membuat hidupmu lebih berwarna dengan caraku sendiri

Aku tau, mungkin aku bukan salah satu yg terbaik diantara mereka. Namun aku tau, aku punya cara sendiri utk membuatmu bahagia

Merasa nyaman denganmu.. Meski engkau tak bisa kumiliki..

Sore ini bukan untuku juga untukmu, sore ini untuk cerita kita yg telah lalu.. Selamat sore cinta..

Dari setiap detak jantungku, yg kuingat hanya namamu.. Meski kamu bukan miliku..

Jika tanpamu lebih baik, Aku lebih memilih yang terbaik..

Hal terindah itu adalah melihat kembali senyummu.. Dan sakitnya senyum itu bukan untuku..

Senyumku belum seberapa dari Sakitku.. Sakit dari Senyummu yang bukan milikku..

Dari setiap hela nafasku, Selalu terselipkan rundu untukmu.. Semua tentang kamu..

Andai kamu baca isi hatiku, Disitu selalu tertulis nama kamu.. Selalu..

Selamat sore untukmu, Dan itu berarti juga aku merindukanmu pagi ini.. Sore ini untukmu

Mencintaimu tak pernah salah.. Tak kurang suatu apapun

Lelah itu kini telah tampak di matamu yang dulu selalu menjadi salah satu alasan mengapa aku mencintaimu

Kapankah kepercayaan itu menghampiriku? Enyahlah wahai sisi gelap yang bersembunyi dibalik egonya cinta

Dibawah naungan hujan & diselimuti dinginnya angin malam, takkan ada rasa lelah yg kurasakan selama senyum itu tetap kutatap

Biarlah sesuatu itu hilang seiring semua berlalu. Walau janji itu telah musnah, aku akan tetap menantimu

Dan biarkan malam ini menemaniku. Berdiri disisi ruang yang kosong

Siap sukses, pastinya hrs siap berproses. Karena tidak ada sesuatu yg instan..

Aku menatap sesuatu yang tak kau lihat. Aku mendengar sesuatu yang tak kau dengar. Aku merasakan sesuatu yang tak kau rasakan

Kini aku membisu, terdiam, dan terpaku. Sendiri menatap langit malam yang sepi

Disini, kumenanti sebuah tatapan yang hanya menatap sebuah alunan melodi dari bisikan nurani sepi yang kumiliki

Diri ini telah lama berdiri sendiri.. Menanti jiwa sepi itu kembali

Biarlah kesendirian ini menjadi sebuah hiasan dilangit malam. Pilu ini menjadi cahaya diruang yang gelap

Kadang tersenyum, kadang menangis dan ketika diri ini terdiam, maka disitu aku mengingatmu

Berharap untuk merasakan apa yang tidak kurasakan pada dirimu. Berusaha tetap tegar dibalik tangisanku ini

Mencoba mengubur sisa-sisa ingatan yang hampa. Namun terkadang semua terus terukir dilubuk hati yang paling dalam

Kosong dan hampa hati ini tanpa dirimu.. Yang kurasa hanya sakit karena luka.

Aku hanya mencoba mencintaimu sepenuh hati.. Tapi kini engkau tinggalkanku pergi.. Menyisakan sakit dan luka..

Aku menganggapmu cinta dan engkau membuangku seperti sampah.

Dan kini akupun tak tahu harus bagaimana agar kamu mau mencoba kembali.

Engkau pergi dengan cintaku yang tak pernah sempat aku sampaikan kepadamu.

Engkau pergi begitu saja, meninggalkan seribu tanya untukku.

Aku kadang masih belum bisa terima.. Menyadari engkau pergi untuk dirinya.

Menanti aku melihatmu.. Tetap menunggu jawaban rasa darimu.

Kusangka kita saling mencinta.. Tapi sayang aku hanya terlalu berkhayal.

Mungkin butuh waktu untuk memahami.. Tapi tak perlu menutup diri dan hatimu, untukku.

Aku menunggu.. Dengan segunung tinggi harapan bodoh.. Tapi kau palsu.

Tiada yang perlu kau khawatirkan.. Aku disini, baik-baik saja tanpamu.

Kau memberiku janji.. Memberi mimpi yang sayangnya tak pernah kau tepati.

Senyum dan tawa yang kau beri.. Asa dan cerita yang kau bagi.. Kini tiada lagi.

Semakin kucoba lepaskan rasa ini.. Semakin menghujam sembilu dihati..

Tenang saja semua yang kulakukan ikhlas demi segenggam cinta.. Ikhlas merelakan dirimu pergi bersamanya..

Salahkah aku mengharapkan dirimu? Salahkan dirimu yang terlalu memberi..

Tak sanggup lagi aku mencerna arti dan tujuan.. Hanya menanti tanya yang tak terjawab darimu..

Engkau pergi.. Dan tak pernah kembali..

Engkau tertawa lepas bersamanya.. Bagaimana dengan hatiku?

Aku mencintaimu, sebesar rasa cintamu padanya..

bila kamu tak bisa mengingatku, setidaknya kamu jangan melupakanku.

Biarkan aku lelap dalam tidurku.. Lelap tak harus mengingat manisnya senyumanmu..

Semua tentangmu harus ditinggalkan.. Semua tentangmu harus dilupakan..

Keajaiban cintaku, adalah kamu.. ;)

Kini, kau datang dengan senyum,bujuk dan rayu. Tapi tidak pergi.. Dan aku yang berlari

Kau datang padaku dengan senyum, bujuk dan rayu.. Lalu pergi.. Dan aku tetap d sini..

Memiliki rasa yang sama.. Namun kita sangat sulit untuk bersatu.. :'(

Tak pernah ada perasaan ragu.. Kuyakin suatu saat engkau akan kembali untukku.. :')

Untukmu yang disana.. Cinta ini selalu hangat untukmu.. ;)

Hati ini selalu menyanyikan kata yang sama.. Mengungkapkan irama yang sama.. Rindu untukmu.

Malam tak selamanya sepi. Sekalipun sendiri, aku sadar di ujung sana, ada seseorang yang akan mengulurkan tangannya padaku.

Kuingin kau kembali.. Menghangatkanku dari rasa sepi sunyi.. Menggenggam tanganku berjalan beriringan..

Berjalan dan terus berjalan seorang diri, melewati setiap malam senyap tanpa arti, tanpamu..

Kini kutahu arti sepi. Kini kutahu arti kesendirian tanpamu. Semuanya terasa menyiksa..

Kadang aku tak mengerti dengan apa yang kulakukan. Puaskah aku dengan hanya menatapmu saja tanpa bisa memiliki?

Bintang itu jauh.. Terlihat jauh. Sama seperti hatiku dan hatimu.. Jauh tak bisa bersama..

Aku tak tahan jika tak menatap langit. Mencoba membayangkan indahnya wajahmu diantara bintang-bintang..

Salahkah aku bersikap.. Ataukah keadaan yang membuat aku kehilangan dirimu?

Anda hidup mempertemukan kembali kita kelak, maukah engkau menggenggam lagi tanganku? Memberikan pelukan hangat..

Dan aku berandai.. Membayangkan bahwa suatu saat kelak aku bisa memiliki dirimu seutuhnya..

Dalam mimpi dirimu tertawa, tersenyum, bertutur dalam bahasa manjamu padaku.. Sayang hanya dalam mimpi..

Menatap senyuman dalam wajahmu.. Menyadari bahwa tak seharusnya aku kehilangan itu..

Malam tadi, kembali memimpikan dirimu.. Memimpikan saat-saat kita bersama dulu..

Bantu aku keluar dari jerat cintamu.. Cinta palsu yang kau berikan padaku..

Aku benci harus terpuruk lagi.. Berteman baik dengan kesepian..

Aku lelah.. Aku lelah menunggu engkau memberikan hati untukku..

Biarkan kumemilih jalanku.. Dan kubiarkan kau memilih jalanmu tanpa bersamaku

kau yg telah jauh pergi sekian lama dan menghancurkan beribu harapan kini kau datang dengan seuntai senyuman yg semanis dulu

Sosok wajahmu kembali datang menghiasi anganku.. Sosok wajah yang sebenarnya telah lama pergi..

Kupendam luka ini, kubiarkan cinta tetap bersemi walau engkau telah menghancurkannya..

Wangi aroma tubuhmu masih membekas.. Peluk hangat dekapanmu selalu kurindukan..

Doaku tak pernah salah.. Doa ini untukmu, seseorang disana yang tak lagi bersamaku..

Kuharap engkaulah yg menjadi jawaban dari doaku. Doa serta penantian panjangku didalam kesepian yg tak berujung ini..

Dan mimpi terindahku hanyalah bersamamu, selamanya..

Maafkan aku klo harus begini caranya.. Melepasmu, caraku mencintaimu..

Tak berharap banyak engkau tuk kembali. Kan kutunjukkan aku masih bisa tuk berdiri..

Rasa ini selalu hadir untukmu.. Sesuatu yang mungkin kau takkan pernah tau..

Berikan cintamu padanya seperti kau mencintaiku. Berikan sayangmu jua seperti kau tulus menyayangiku dulu

Buang air matamu, buang semua kenangan cinta kita. Tataplah hari-hari baru bersamanya

Apalah arti luka yang kupunya.. Ku hanya ingin melihatmu bahagia, walau itu tanpaku..

Sayang ini mengalahkan semua rasa amarah dihati..

Berat tuk kukatakan.. Hati ini, merindukanmu..

Mencoba tetap tegak berdiri.. Sendiri di sunyinya malam mengesampingkan rasa untukmu..

Kau seret hatiku pergi bersamamu.. Pergi meninggalkan semua rasa cinta tanpa ada sisa

Betapa kuingin menepis bayangmu.. Betapa ingin kuhempaskan rasa sakit ini..

Dan sampai kapanpun kau takan mengerti.. Mengapa cinta ini kupertahankan sampai mati

Bangkitlah dari kesedihan, karena kesedihan adalah proses yang harus dilalui untuk menuju kebahagiaan.. Percaya itu!

Sahabat adalah mereka yang tahu bahwa ada sedih di matamu ketika seluruh dunia percaya dengan senyum di wajahmu.

Bersedih dengan orang yang tepat lebih baik daripada berbahagia dengan orang yang salah. Bijaklah dalam memilih sahabat.

Jangan meminta Tuhan untuk memandu jalan tuk Anda , tuk jika Anda tidak bersedia untuk menjaga kaki Anda .

Anda tidak harus menyesali kesalahan , tapi belajar dari setiap kesalahan , dan tidak pernah mengulangi kesalahan yang sama .

Manusia sempurna adalah orang yang tulus menerima segala kekurangan yang dimilikinya.

Jangan biarkan kegagalan menghancurkan harapan , yakinlah masih ada kesempatan di tengah kesulitan .

Belajar mengikhaskan , dan didorong untuk menerima kekalahan adalah langkah pertama dari kemenangan hati .

Hidup sering membutuhkan untuk memilih Tidak selalu semua lakukan . Tidak hanya semua harus dipenuhi .

Jangan biarkan kata-kata Anda akan digunakan sebagai senjata untuk menyakiti orang lain . Gunakan kata-kata Anda untuk kebaikan Anda sendiri dan orang lain .

Berhenti bertanya bagaimana untuk mendapatkan apa yang Anda inginkan , karena jawaban yang Anda temukan adalah BERUSAHA .

Dalam hidup , akan ada seseorang yang tidak peduli berapa banyak dia menyakitimu dan kamu membencinya , dia masih dicintai oleh hatimu .

Banyak Banyak orang yang datang dan pergi dalam hidup Anda . Dan itu berarti bahwa untuk setiap GOODBYE , orang lain akan datang dengan sebuah HELLO .

Dari kegagalan kita dapat membaca apa yang salah dengan diri kita sendiri . Berusaha dan berdoa itulah kuncinya .

    ” Pria ingin menjadi cinta pertama seorang wanita . Wanita ingin menjadi cinta terakhir seorang pria . ” Ya , atau tidak? :)