Thursday, March 14, 2019


Ekspektasi dan Realita, dua kata layaknya sebagai dua sisi mata uang. Terkadang di belakang terlihat sebagai pengingat, di samping sebagai pelipur lara dan di depan sebagai peringatan. Ya, keduanya terkadang berjalan beriringan tak menutup kemungkinan saling bertolak belakang. Semuanya tergantung si pemilik keduanya, dari sudut pandang mana ia berfikir dan bertindak dari apa yang ia harapkan dan apa yang terjadi. Ekspektasi muncul sebagai goal yang harus dicapai dan realitas bak usaha yang dilakukan untuk mencapai goal tersebut. Realitas dapat dilihat sebagai result dari apa yang telah diusahakan bisa ‘berbanding lurus’, ‘bertolak belakang’, atau ‘melebihi’. Jika dilihat sebagai level limited, normal dan unlimited. Artinya apa limited, realita yang didapat masih cukup jauh. Normal, realita yang didapat bebanding lurus dengan apa yang diharapkan tidak lebih dan tidak kurang bisa dibilang cukup. Unlimited, realita yang didapat melebihi dari apa yang kita bayangkan sebelumnya.

Jadi teringat tentang skema batas harap & hidup manusia
Diriwayatkan dari Abdullah, dia berkata, “Rasulullah menggambar persegi empat, kemudian membuat garis ditengahnya hingga menyeberang ke luar, lalu membuat garis-garis kecil yang memotong garis tengah itu dan berkata, “ini adalah manusia dan ini (persegi empat) adalah batas kehidupannya dari kematian yang mengepungnya dari segala penjuru, dan ini (garis) yang berada di luar (persegi empat) adalah harapannya, dan garis-garis kecil ini adalah musibah-musibah dan masalah yang mungkin menimpanya. Jika melewati satu garis dia akan bertemu dengan garis berikutnya, demikian seterusnya.” (HR. Bukhari). 


Gambar diatas setidaknya dapat sebagai gambaran dari hadis nabi diatas, agar lebih mudah menerjemahkan maksud yang terkandung dari hadis nabi tersebut. Sebagai penutup, pengajaran yang bisa saya ambil adalah ekspektasi setidaknya dibutuhkan manusia untuk hidup bagaimanapun realita yang akan didapat nantinya setidaknya manusia telah berusaha dan berjuang untuk mencapai apa yang mereka cita-citakan. Harapan sebagai jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuan, dan untuk mencapai hal yang kita harapkan tidak mudah ada banyak halangan dan rintangan yang harus kita hadapi, seperti garis-garis kecil dalam gambar ketika kita melewati satu masalah akan melewati masalah selanjutnya sehingga kita dituntut untuk senantiasa jangan putus harapan dalam melewati masalah-masalah tersebut.
expectations-v-realityPerbedaan realitas dari apa yang kita harapkan bukan menjadi tolak ukur satu-satunya penentu keberhasilan seseorang, ketika kita jatuh maka yang harus kita lakukan adalah berdiri dan terus berjuang, meskipun ditengah jalan jatuh kembali kita harus senantiasa tetap berjuang mencapai harapan kita tersebut. Kita tidak dapat menilai sesuatu hal hanya dari pola pikir kita saja, pun hanya dari pola pikir orang di sekitar kita. Kita sebagai manusia yang mempunyai berbagai keterbatasan hanya dapat berusaha yang terbaik dari kemampuan yang kita punya, masalah kita gagal atau hal tersebut tidak sesuai dengan harapan kita, setidaknya kita pernah mencobanya. Karena kesuksesan bukan satu-satunya ukuran dari segala perjuangan yang kita lalui, itu hanya sebagai proses pembentukan persepsi dari otak manusia. Hakikat sukses itu pun saya pribadi masih belum menemukan referensi yang tepat dalam gambaran kehidupan nyata.
Dalam hidup tidak ada jaminan untuk terus bahagia, tidak ada kepastian untuk apapun. Setiap orang bisa terlempar ke luar dari kotak rasa nyamannya secara tiba-tiba.

Wednesday, March 13, 2019


Hatiku berkata demikian

Hari ini,  Aku merindukan setiap inci luka yang telah dirajutnya dalam hatiku,terkadang ilalang kecil mengatakan kebodohanku yang teramat sangat bodoh telah terlalu mencintainya tanpa pernah aku bertanya atau mencari tahu seberapa besar cinta itu terbalas.Hidupku hampa tanpa nya,sehingga ku merasakan hidup tanpa harapan,harapan yang dulu pernah lenyap bersama sirnanya dirinya untukku,dan mencintainya.

Saat aku kambali menelisik jiwa naluriku,aku selalu berfikir untuk kembali menggapainya dan tetap berada dalam bayangan tubuhnya,Semua hal yang kusuka bahkan hal yang tak ku suka semua kulakukan namun semua sia-sia bahkan yang sangat menabjukkan adalah aku mendapatkan sakit dari cintaku sendiri….”APAKAH KAMU TAHU ITU?” kurasa “TIDAK”

Aku masih teramat sangat menginginkannya hingga kini dan sampai waktu yang aku sendiri juga tak tahu nanti besok lusa atau selamanya. Aku ingin dia tahu bahwa aku masih sangat mencintainya,dan yang dia harus tahu hanya akan ada aku seorang yang bias mencintainya dengan teramat sangat.tak akan tergambarkan .Terimajinasikan.sampai saat inipun aku akan membuktikan itu semua,tapi aku tak tahu caranya lagi bertumpuk bukti tak nyata bagimu dan tak akan pernah cukup untuk memuaskan keinginanmu menyakitiku.Aku menggilai mu lebih dari apapun.

Dia hanya menganggapku sebagai musim yang bias berganti bila waktunya tiba. Musim aku iri padamu, karena dengan mudahnya musim bias berganti, aku ingin cintaku padanya juga bias berganti dengan cepat setelah dia menghempasku berulangkali sehingga aku lepas dari dan aku bias menerima cinta cinta lain yang ditawarkan padaku. Aku sudah berusaha untuk itu,tapi sia-sia saja. Tak bias kompromi, hatiku masih saja menimang-nimang namanya dan meninabobokkan namanya agar abadi dalam hatiku. Sekali lagi aku menyerah untuk kesekian kali dan untuk kesekian waktu yang memuakkan.

RODA kisahku

Aku lelah menggapai cintanya dari masa lalunya tapi aku juga lelah berusaha melupakannya,parahnya aku semakin lelah seperti ini diombang-ambing dalam dilema cintanya. Memohon kupadanya,mengemispun kulakukan demi kesempatan ,satu kesempatan berarti bagiku untuk jadi satu-satunya tanpa ada pambagian yang menjijikkan,aku tak dapatkan. maka kucari jalan lain yang bias merampas perlahan,dia keras bagai batu ,maka jika kau menjelma menyerupai batu maka kami berdua akan pecah bersama namun lain halnya jika aku menjadi tetesan iar hujan yang selalu menetesinya dengan kesejukkan cintaku semakin kuat dan lama tetesan itu batu akan pecah dengan halus. Ya…dengan aku merelakan pembagian cinta yang jelas menurutku tidak adil sampai kapanpun,semua kucurahkan melebihi apa yang dia dapat dari yang lain.

Tak jarang raga bersama kita tapi halusinasinya menerawang bebas mencari keunggulan,tak jauh beda dengan adu ayam siapa yang bermain lihai dia di sayang tapi aku manusia aku mau cukup ada 2 cinta,tak ada pararel dalam cinta hanya ada 1 laki-laki dan 1 perempuan

Aku muak padanya,dengan mudah mengusik jiwaku yang sedang temaram di pelukan kasih abadi dalam dunia fatamorgana ciptaanku, bukankah dia hanya sebuah mimpi burukku. Rasa benci yang kutahan meluap juga, kebencian itu mengalir seiring aku tahu bahwa dia hanya seorang penipu cinta yang hanya ingin merasakan permainan cinta, terlalu bermimpi jika aku terlalu menginginkannya untuk kumiliki seutuhnya, Dia akan melepaskan tawa hinanya, karena mungkin aku terlalu jalang untukknya.

Lalu apa yang kulakukan kemudian? apa aku harus berkutat dengan tangisku dengan kenangan masa lalunya? Bagai sekeping piringan hitam kuputar demi mendengar senandung kisahnya yang dengan lantang dia ceritakan tanpa berkaca pada air mataku.Utaian pertanyaan kulemparkan padanya saat dia berada dalam dua hati.”Jika kamu berada dalam tengah samudra dengan membawa 1 perahu kecil yang hanya cukup 2 orang, sedangkan saat itu, aku dan cintamu yang lain tengah berteriak meminta tolong hampir tergulung ombak,maka siapa yang akan kamu selamatkan? ”dan dia hanya diam dan tida menjawabnya itulah ketidaka adilan jika aku ada diposisinya,maka dengan mudah aku menjawab “ Jika perahu itu cukup untuk 2 orang maka,aku akan melompat dan kubiarkan kalian berdua naik dan menyelamatkan diri, biar aku yang mendekat pada kematian karena, kalian ada di samudra mencekam ini karena aku.”

Mengingatkanku pada kisah bintang.

Pernah kudengar tentang kisah bintang yang tak ubahnya kisah cintaku,kisah itu membangkitkan keinginanku untuk menjadikanya bintang dalam sirnanya bintang dalam langit hatiku terselubung kehampaan. Bintang dari berjuta bintang diantara pijaran bintang dan pelukan bintang kejora. Jika bintang dari bintang itu adalah dia, maka bintang itu akan semakin terang,dan kuambil bintang dari gerombolan bintangnya kubawa berlari menjauh dari bintang lain yang mencari bintangku, Bintang mencari Bintang dijiwaku. Sebuah bintang merah merenggutnya yang bergelar Sang bintang dan membawanya bersandar.Sialnya, disini kulihat tiga bintang indah diantara bintang bintang sekali lagi bintang.Kugapai lagi bintang itu tanpa sepengetahuannya, tapi bintang itu meredup dan aku tak sanggup mengenalinya walau sesaat.

Jika kisah bintang itu nyata mengapa dia tak bias meniru bintang saat aku lelah berjuang memetiknya seharusnya dia hadir untukku seperti bintang jatuh pada suatu malam diiringi berjuta harapan tapi nyatanya kisah bintang tak mampu membuatnya mengerti,akankah kisah merpati akan dia mengerti ?Yah kisah merpati betina yang bodoh!

Kisah sepasang merpati pernah kudengar,saat merpati betina terkapar tak bersanding dengan merpati jantan yang telah lenyap membuas birunya langit. Maka berkatalah merpati betina itu diakhir ajal. ”Tahukah bahwa merpati betina lebih cepat mati daripada merpati jantan? semua itu kerena merpati betina mencintai lebih banyak kadarnya daripada merpati jantan itu sebabnya kami mati karena cinta” dan fakta usia merpati betina itu menjadi nyata juga pada hidupku. Dan jika aku dan dia sepasang merpati, aku rela mati terlebih dahulu asal aku bias bebas mencintainya tanpa sedikitpun cinta lain yang menggantikanku.

Dan jika merpati putih hembuskan napas cinta dalam setiap persendianku, maka dia adalah Sang merpati putih, kilau emas tersirat dari sayapnya dan memancingku untuk menangkapnya dan mengurungnya dalam sangkar cinta di hatiku. Begitu pula kicaunya mengikis luka terpendamnya cinta dan ketulusan

Tawa sedihku iringi penyesalannya lukai aku,ketidakrelaan terucap dariku mengapa harus pada cinta itu? Dari sekian banyak cinta,mengapa harus cinta itu, cinta yang akan sangat membuatnya kehilangan aku, Aku benci pada sekuntum mawar karena wujud dari cinta itu adalah mawar, terlihat indah memang tapi jika kita menyentuhnya kita akan terluka, dan aku lebih tak ingin lagi dia terluka, dan aku akan lebih terluka melihatnya. Dan aku tak mau jika saat itu tiba, aku sudah tak mencintainya, sehingga aku tak peduli padanya.

Egois adalah kata yang tepat tentang dia yang tak pernah sama sekali memikirkan sayatan dalam hatiku. Dulu dia usik jiwaku yang temaram dalam pelukan kasih abadi.Seburuk apapun anggapanku baginya itu kesempurnaannya bagiku yang membuatku sangat menginginkannya. Dia penolongku dari pusaran cinta tapi dia pendorongku pada pusaran cinta lain yang lebih memilukan Saat itu aku menjauh dari cintanya pada cinta ku dahulu, tapi dengan sigap dia raihku lagi, dan saat aku meraih cintanya dia menjauhiku bahkan lebih dari yang kupikirkan,dan terang saja itu membuatku tidak bias bernafas di malam datang,  semua benci yang harusnya kuserahkan padanya, tetap saja terhapus cinta pada dasar hatiku.

Ketika cinta itu terhalang aku teringat pada kenangan yang kita lewati dalam suka dan duka bahkan kita menyatu memeluk hari keramat untuk cinta kita berkutat dengan kasih meradang kesetiaan dengan aku dan dia. aku untuknya dan dia untukku itu perjanjian dari isyarat tubuh kita. Detik kita bingkai bersama. Hari kita rajut bersama.semua itu melukiskan bahwa memang benar cinta itu bagai drama satu babak, yang hanya menceritakan satu sisi kisah manusia dan kita bias memainkannya dengan cerita yang berbeda dengan tokoh yang berbeda juga.sengaja aku tidak memainkannya lagi karena aku tak mau kehilangan dia dalam kisahku.

Tak mau aku berdusta ataupun mengelabuhi semua, dan aku lebih tak mau lagi menodai semua sucinya cintaku untuknya dengan memaksakan segala yang indah bagiku tapi belum tentu indah baginya. Tanpa aku tahu bahwa mungkin bukan hanya aku, lelaki yang pernah hadir dalam hidupnya selama ini.

Telah kudaki tingginya gunung patah hati dari segala hamparan luka batin. Perlahan aku telah mampu terbiasa dalam perih bagai pertautan dua mata rantai besi menghujamku. Dengan hujan air mata jejak itu terguyur dan lenyap tanpa sedikitpun sisa ukiran luka. Lega tanpa beban aku bangkit dan tertatih terus berjalan menuju arah yang lebih membahagiakanku.

Terjatuh lalu bangkit, melangkah berlalu dari dia yang juga pernah lebih dulu menjauhiku.Dan kepasrahan tumbuh, jika bumi memang bulat, maka ini adalah soal untuk mengujinya, dia berjalan berlawanan pasti suatu hari kami bertemu pada satu titik yang sama.

Akukan tinggalkan dia karena dia telah cukup menyakitiku, pikirku. tak perlu lagi aku memohon, tak ada lagi ruang dihatinya, sekali lagi aku teramat sangat cukup disakitinya, mungkin memang dia akan bahagia dengan pencariannya yang jauh lebih dari aku.

Dan jelas aku berdiri sendiri di kegelapan dan tak ada satu orangpun yang peduli,terlebih lagi dia dan tetek bengeknya.Kemenangan telah kuraih, kemenangan atas nama cinta, aku telah bias mengendalikan aku, dan perbedaan kami. Aku berkata “AKU MEMBUTUHKANMU KARENA AKU MENCINTAIMU” dan diapun berkata “AKU MENCINTAIMU KARENA AKU MEMBUTUHKANMU>” suatu ketidakadilan cinta.

Kusimpan semua penat kusimpan tentangnya, cukup sekian semua tentang dia.Ku tak mau cintaku hening sekian lama. Dia mempermainkanku. Setiap kali aku ingin tinggalkannya, dia selalu diam tanpa menghalangiku, tolonglah, genggam tanganku sampai aku tak beranjak darinya.dan tetap bersanding dengan nya, seperti dulu.

Tak pernah kubayangkan dia menghianatiku lagi , aku gigih coba bertahan, tak bisakah dia tak begitu padaku, aku hanya bias mencoba bertahan memahami bisik hatinya yang menunutunku untuk menjauhi sisi kehidupanku. Bagaiman mungkin dia bias menilai semua cintaku, dia sendiri tak pernah paham tentang nilai cinta dan kesetiaan, Dia pernah lbih dari hitungan jari memperlakukan itu pada kami kaum pencinta.

Mungkin

Cinta seperti itu tidak membutuhkan balasa.dalam diri cinta itu terkandung seruan memanggil si pemberi jawaban. Cinta baginya dapat memenuhi kebutuhannya sendiri. Dan aku harus menundukkan diri dihadapan cintanya dengan segala kebesaranku. Apapun cinta itu, aku tulis dengan jemariku. Tak bias kutolak kehadiran suara malaikat yang datang membalut dan menghanyutkannya menuju keabadian dengan kegelapan menungguku.

Jika cinta ditanam dalam hatiku bukan oleh malaikat tapi oleh dia. Cinta itu pasti bermekaran dalam hatiku. Cinta yang tak pernah tertukarkan, dan pastilah kutujukan pada dia yang menanamnya. Tapi apa mau di kata jika semua tak seindah itu. Maka,sepenuh hati aku telah melepasnya didasari keinginanku untuk bahagia. Waktu akan mendewasakan cintaku. Tak ada kerelaan cinta seperti itu, semua hanya omong kosong. Hanya seorang yang terpikat dalam hamparan kilau dari duri cinta yang bias bertahan,

Pernah saat itu ketika aku diambang puncak cintaku padanya, kupandangi diriku sendiri dikaca terus menerus, lama-lama aku merasa apa yang aku lihat pada diriku sendiri. Aku tak lebih hanyalah bayangan samar saat aku masih bersamanya,tapi dilain waktu , aku berdiri di depan cermin lalu berkata “SIAPAKAH AKU?APA INIKAH AKU?”

Kelelahanku membuatku gontai pada kehidupan cinta, membuatku merasa nyaman berada dalam mimpi-mimpi cinta bersamanya, dengan begitu aku bias berbicara cinta dengan bebas. Ini mimipi terahirku, karena sesudah itu aku tidak mau bermimipi lagi, atau kalau saya bermimpi,mimpi itu begitu membingungkanku sehingga aku tak bias membedakannya dari kenyataan, bahwa dia pengecut,hebatnya dia wanita yang tak tahu cara mempertahankan ketulusan cinta yang tercurah.

Memang mudah baginya karena, semua itu terasa tolol lagi karena ia tidak pernah begitu membutuhkanku seperti aku membutuhkannya. Cinta paling terhormat baginya tetapi cinta seorang lelaki yang lebih tua darinya, dengan syarat cinta itu menjadi semakin menunjukkan kebijaksanaannya dan diam tanpa banyak menuntut.

Sekarang aku mengerti bahwa jika satu menyerang, lainnya mundur, itulah aturannya.Mundur secara perlahhan. Akupun juga telah tahu, dalam setiap cinta itu tidak penting terkecuali siapa yang kita cinta, hanya satu ,tak ada yang lain atas nama kenangan,tanyaku “Apa itu cinta bagi seorang lelaki yang hanya bias melihat dirinya sendiri.Dengan kata lain, aku berkata apa arti cinta bagi seorang lelaki yang sungguh egois.

Perih air mata membasahi pipi , maka aku yakin bahwa lubuk hati paling dalam hatinya memberitahukan kebenarannya. Aku sungguh mencintainya walaupun dia sudah berbuat tidak adil padaku, hanya saja aku mulai menyadari bahwa airmata sama sekali tidak menunjukkan padanya satupun kebenaran yang menabjukkan bagiku. Paling hanya kebenaran tentang keangkuhannya.

Aku kahilangan dunia, jika aku berkata dunia,aku berfikir pada bagian semesta yang menjawab panggilannya. Bagiku,dunia sedikit demi sedikit menjadi bisu dan berhenti jadi dunianya aku terkurung dalam diri dan penderitaanku. bagaiman duniaku tidak bias dia mengerti, bagaimana bias hidup bersamaku, ketika dia tidak merasakan penderitaan maupun kegembiraanku. Ketika dia tahu, aku bukan bagian darinya. Karena aku mencintainya maka, aku hanya akan menerima dengan syarat bertemu lagi dengan yang kucinta. Bagiku hanyalah satu syarat, hanya berharga selama menjanjikan kehidupan cintaku. orang yang dicinta lebih bernilai daripada hidupku sendiri.

Dia sebagai manusia tak mengenal cinta dan diantara yang merasa sedikit sekali mengenal cinta. Dia berlari dari belakang janji kehidupan lain tanpa mengajukan syarat sedikitpun. Denagn mudahnya dia menghapus cinta yang lalu dengan cinta sekejap. Mungkin dia telah membuatku lebih mencintaiku dibanding cinta yang lalu.Makna kalimat ini menyatakan bahwa aku lebih mencintai dia, bukanlah karena membandingkan ku kadar cinta. Itu berarti cinta laluku tak mencintai aku dan akupun tak mencintai cinta itu. Karena bila aku mencintai seseorang, aku tak bias membandingkannya. Yang dicintai itu tak terbandingkan. Bahkan jika aku mengaku serempak mencintai keduanya, tak mungkin bagiku untuk membandingkannya, kecuali jika aku menyatakan segera memutuskan salah satunya. itu tidak menegaskan dan tidak ada sangkut pautnya pada semua orang bahwa aku memang mencintainya.Sebab kalau aku memang begitu,cukup aku mengatakannya “Aku mencintainya”itu erat hubungannya dengan pemberitahuan, yang halus tapi jelas, bahwa aku sebenarnya benar-benar tidak peduli cinta orang lain, dan hanya padanya aku peduli.

Ada yang harus aku bayar mahal demi sebuah percintaan. Aku patah hati bahkan sakit hati karena sebuah cintanya. Yang harus kurasakan amat menyakitkan. Jika aku semakin bertahan maka diapun semakin membuatku terluka. Selalu mempermainkan cinta, jangan pernah merasa paling hebat karena sesungguhnya aku masih ingin terbang melampauinya dengan segala cintaku

Tuesday, March 12, 2019



Disana aku pernah memelukmu, menahanmu agar tak pergi. Menabrak rasi-rasi bintang yang menertawai kenangan yang ku benci. Selanjutnya, matamu, adalah keindahan yang paling ku benci setelah langit-langit. Sebab, disana, kau pernah menaruh banyak tanda tanya, yang hanya bisa ku jawab tentu dengan menerka-nerka. Seperti juga mendung waktu itu; yang tak pernah, tak jadi hujan.

Kamu dan Hujan adalah dua hal berbeda yang aku cintai dengan segenap hatiku. Hujan membawamu kepadaku, meyakinkan hatiku untuk kujatuhkan padamu. Namun diakhir cerita, hujan juga yang menemanimu ketika punggungmu berlalu meninggalkanku.
Aku masih sangat mengingat masa itu, masa dimana aku mencintai hujan yang selalu membawa serta kamu. Aku merindukanmu. Merindukan saat hujan, aku masih bisa mendengar suaramu, aku masih bisa bermimpi tentang kita. Aku merindukanmu. Merindukan saat hujan, kamu masih bersamaku, kamu masih denganku, kamu masih ada untukku. Aku merindukanmu. Merindukan saat hujan turun, karena setiap hujan turun, aku jatuh cinta padamu, jatuh lagi, lagi dan lagi.

Pernah disuatu senja yang sangat indah, aku berharap kau disampingku. Memelukku dengan secangkir kopi yang ada di masing-masing genggaman kita, sama-sama menikmati senja dan menantikan hujan turun. Atau disuatu senja dengan ditemani hujan gerimis, aku membuatkanmu secangkir kopi dan menemanimu bernyanyi  Pernah aku berharap seperti itu.
Masih ku cintai hujan, dalam sedih atau bahagiaku, baik atau buruk diriku. Serupa aku yang masih mencintaimu dengan segenap hatiku. Jika hujan yang membawamu kepadaku dan hujan yang menemanimu meninggalkanku, bolehkah aku untuk sekedar berharap hujan akan menuntunmu kembali padaku?
Dimanapun kamu berada, dengan siapa dan bagaimana keadaanmu sekarang, mimpi apa yang tengah kamu raih, aku memang tidak tahu. Namun yakinlah, percaya padaku, saat hujan turun aku merindukanmu. Itu cara semesta menyampaikan pedihnya rasa rinduku padamu, yang begitu hebat membuatku jatuh cinta namun juga begitu jahat memberikan perasaan semu yang kukira nyata.
Saat masih denganmu, aku selalu ingin hujan turun menemani kebersamaan kita. Aku ingin hujan tahu bahwa aku menyayangimu dan berharap kau juga. Tapi sekarang, saat hujan turun, aku malah khawatir. Karena sudah dipastikan, aku hampir gila merindukanmu dan berharap kau merasakan hal yang sama.
Kau ingat tidak? Di suatu malam menjelang pagi, di bagian yang sedang turun hujan, kamu memberi tahuku bahwa banyak orang yang jatuh cinta dan berharap pada Pelangi, memang benar pelangi datang saat hujan reda. Tapi menurutmu, mereka lupa bahwa pelangi hadir hanya beberapa saat, sebentar. Lalu aku kemudian tersadar, bahwa saat itu kau sedang membicarakan dirimu sendiri.
Kau seperti pelangi bagiku.
Indah, membuatku jatuh cinta dan membuatku banyak berharap.
Datang disaat yang tepat, namun pergi dengan begitu cepat.
Tidak seperti sekarang.

Nyaman dan jatuh cinta adalah dua rasa yang berbeda. Tapi, rasa nyaman seringkali menjadi alasan untuk jatuh cinta, dan jatuh cinta menjadi alasan tumbuhnya rasa nyaman. Entah rasa nyaman atau jatuh cinta yang menjadi alasan, keduanya menjadi urusan hati. Karena lagi-lagi ini urusan hati, tentang hati yang selalu rumit, bukan tugas yang ringan bagi pemilik hati untuk mengatur dan memilih bersama siapa dia merasa nyaman dan pada siapa jatuh cinta.

Ada yang bilang kalau rasa nyaman terkadang lebih berbahaya dari jatuh cinta. Kenapa? Hal yang sama-sama indah dan seharusnya membawa bahagia, kenapa berubah menjadi hal yang berbahaya? Kenapaaa?

Rasa nyaman dan jatuh cinta bisa tumbuh pada satu orang yang sama. Tapi, terkadang rasa nyaman dan jatuh cinta tumbuh pada dua orang yang berbeda. Seseorang yang membuat kita jatuh cinta belum tentu sama dengan seseorang yang membuat kita merasa nyaman, begitu pun sebaliknya. Rumit .... Begitulah hati, selalu rumit. Tapi, cinta dan jatuh cinta selalu sederhana. Pemilik hatilah yang terkadang membuat cinta dan jatuh cinta terlihat lebih rumit dari yang seharusnya.

Karena itu, ketika kita sudah menemukan seseorang yang membuat kita merasa nyaman sekaligus jatuh cinta, jagalah dia baik-baik. Menjaga bukan berarti mengekang, tapi memberinya ruang untuk menjadi dirinya sendiri, memberinya ruang untuk bahagia dengan caranya sendiri. Kita memang menjadi salah satu alasannya untuk bahagia, tapi dia pun berhak menemukan alasan-alasan bahagia lainnya.

Kembali pada kenapa terkadang rasa nyaman lebih berbahaya dari jatuh cinta. Kenapa lebih berbahaya? Apakah karena rasa nyaman lebih penting dari jatuh cinta? Lalu, siapa yang lebih penting, seseorang yang membuat nyaman, seseorang yang membuat jatuh cinta?

Rasa nyaman dan jatuh cinta sama pentingnya. Kehilangan salah satunya akan membuat hati kehilangan salah satu alasan bahagianya. Lalu, bagaimana ketika kita jatuh cinta pada seseorang, tapi seseorang itu belum juga memberikan rasa nyaman? Haruskah mencari yang lain?

Jangan  . Siapa tahu, seiring berjalannya waktu, rasa nyaman itu akan tumbuh dengan sendirinya. Mungkin, kita perlu mengenalnya lebih jauh. Dia pun perlu mengenal kita lebih jauh.

Kalaupun setelah sekian lama rasa nyaman itu belum juga tumbuh, sementara rasa cinta entah apa kabarnya, saatnya berbicara dari hati ke hati dengan dia. Tidak perlu memaksakan sebuah hubungan yang justru nantinya hanya akan menyakiti kedua belah hati kan? Mungkin ada seseorang yang masih menunggu kita ataupun dia, entah seseorang itu berada di tempat yang jauh atau justru dekat, sangat dekat. Yang penting, sebuah hubungan yang berawal dengan cara yang baik, juga harus diakhiri dengan cara yang baik. (Ini hanya berlaku untuk hati yang belum mengarungi bahtera rumah tangga yaaaaaa).

Rasa nyaman memang sangat penting dalam bertahannya cinta dan berlangsungnya sebuah hubungan. Ketika kita menemukan rasa nyaman di tempat yang tidak seharusnya, di sanalah rasa nyaman menjadi ‘berbahaya’. Ketika bertemu rasa nyaman yang ‘berbahaya’ ini,  kita perlu menjaga hati baik-baik. Kenapa? Agar tidak perlu menyakiti lebih banyak hati. Rasa nyaman yang menjadi alasan atapun akibat tumbuhnya cinta, akan jauh lebih baik jika hanya untuk satu hati yang sama

Monday, March 11, 2019


Pagi itu mentari terasa lebih hangat dari biasanya, cahaya pagi memanggil, memasuki jiwa yang sedang bergembira. Hangat dan kegembiraan itu masih kuingat hingga sekarang. Bagaimana bisa kulupa? Merekalah sumber kehangatan itu, Ayah dan Ibuku.

Satu hal yang kukagumi dari mereka, mereka tidak pernah menuntutku. Mereka tidak pernah mengkotak-kotakan aku harus menjadi A, B, C, atau D. Hal inilah yang menjadikanku seperti sekarang, mereka memberikanku kepercayaan. Akulah yang harus menjadi nahkoda di kapalku sendiri, akulah yang nantinya memutuskan kemana kapalku akan berlabuh, dan mereka mempercayai itu semua kepadaku.
Kepercayaan dari mereka sangat berarti, mereka percaya aku dapat menghadapi gelombang pasang ditengah-tengah lautan, mereka percaya aku dapat menerjang badai di malam hari, tidak pernah khawatir aku tersesat, tidak pernah khawatir kapalku karam, karena mereka yakin aku mampu mengatasi masalahku sendiri. Hal ini membentukku menjadi nahkoda yang kuat, yang kokoh tak tertandingi.

Tidaklah berlebihan rasanya bila aku ingin mengganjar kepercayaan mereka dengan sebuah Mahakarya. Kembali lagi teringat di pagi itu, kehangatan yang terpancar membuatku tersadar bahwa inilah buah dari kepercayaan yang mereka pupuk di dalam diriku.
Terdengar klise memang, tetapi memang itulah yang diinginkn oleh seluruh Ayah dan Ibu di dunia, tidak terkecuali Ayah dan Ibuku. Ketahuilah bahwa mereka tidak pernah meminta apa-apa. Tercapainya mimpi-mimpiku adalah sebuah ganjaran yang paling sempurna untuk seluruh kepercayaan yang telah mereka berikan.

Perjuanganku belum usai, kepercayaan itu akan terus mengiringi perjalananku. Suatu hari aku pernah merasa lelah, rasanya ingin usai, rasanya sudah tidak sanggup lagi mengejarkan puluhan paper yang terdiri dari beribu kata-kata ilmiah. Tetapi disaat yang sama pula aku tersadar, aku teringat wajah mereka di pagi itu, kehangatan dan kegembiraan itu, kepercayaan itu, yang tak akan pernah aku khianati.

Setiap aku terjatuh, wajah mereka di pagi hari itu pulalah yang membangunkanku. Teruntuk Ayah dan Ibu, mimpiku semakin dekat, aku ingin kalian menyaksikan, dan merasakan Mahakarya terbesarku yang kupersembahkan untuk kalian si pemberi kehangatan.