Saturday, June 22, 2019

POLITIK Soekarno, Marhaen, Islam, dan Nekolim (Neo Kolonialisme dan Imperialisme)



Pengantar

Soekarno adalah manusia Indonesia yang dilahirkan zaman, terlahir tanggal 6 juni 1901 dari ayah seorang guru (pegawai gubernemen asal Blitar) dan ibu seorang ningrat Bali kasta Brahmana.

Dari kontek ini, kita dapati tiga peluang karakter Soekarno, antara lain :

1. Sebagai anak guru, punya peluang untuk sekolah dan juga berpeluang untuk memiliki tekad belajar serta membaca berbagai buku bacaan, sekaligus tertanam nilai-nilai tradisional jawa yang cenderung sinkretis.

2. Sebagai turunan Brahmana, berpeluang untuk memiliki rasa  keagamaan yang kuat, termasuk hal yang sifatnya mistis.

3. Sebagai orang yang lahir dari pemberontakan terhadap adat (pernikahan Bapak-ibunya), berpeluang juga untuk memiliki nilai-nilai pemberontakan. ( baca : pergerakan-perubahan), juga liberal mengingat perbedaan agama orang tuanya ( Bapak : Islam, Ibu : Hindu Bali).

Sebagaimana lazimnya orang jawa suka akan wayang, demikian pula Soekarno sangat menyukai wayang, dan idolanya adalah Bima yang selalu tanpa kompromi dengan bukan golongannya tetapi bisa kompromi dengan sesamanya. ( baca : Soekarno tak pernah kompromi dengan Belanda, tapi ia bisa kompromi dengan jepang, Soekarno bisa kompromi dengan Syahrir, Hatta, H. Agus Salim, dan bahkan dengan kader-kader komunis).

Soekarno dengan Marhaenisme,

Suatu saat, ketika Soekarno tinggal di Ciateul Bandung (Rumah Bu Inggit Garnasih), jalan-jalan disepanjang jalan buah batu sampai disekitar Bojongsoang Dia menemukan Petani dan terjadilah dialog kira-kira seperti begini :

Soekarno               : Siapa namamu ?

Petani                      : Marhaen

Soekarno               : Berapa petak sawahmu ?

Petani                      : Satu petak ini yang diatasnya ada gubug kami, dengan satu istri dan satu anak.

Soekarno                : Siapa yang garap ?, bagaimana panennya ?

Petani                      : yang garap saya sendiri dan hasilnya cukup untuk kehidupan kamibertiga.

Itulah ide dari Marhaenisme, punya sendiri digarap sendiri dan cukup untuk menghidupi keluarga sendiri. ( Soekarno penyambung lidah rakyat, Cindy Adams)

Soekarno dan Islam,

Soekarno sempat tinggal di rumah HOS Cokroaminoto tokoh dan ketua Syarekat Islam di Surabaya (sebelum ke Bandung dan berteman dengan Sema’un tokoh Komunis dan SM Kartosuwiryo tokoh Darul Islam), bahkan istri pertama beliau adalah putri pak Cokro yang bernama Utari. Jelas bahwa Islam yang dipelajari ndari mertuanya adalah Islam pergerakan yang penuh dengan binamika perjuangan kemerdekaan.

Di Bandung, Soekarno sempat bertemu dengan Ulama Persatuan Islam (PERSIS) Ahmad Hasan seorang arab singapur. Pada saat itu Soekarno tertarik dengan gaya A. Hasan dalam berdakwah terutama hal-hal mengenai prilaku khurafat dan tahayul yang sangat diberantas oleh ulama tersebut. Dialog Soekarno dan A Hasan mengenai Islam terekam dalam surat-surat dari Endeh (Soekarno saat itu dibuang ke Endeh Flores)

Masih di Bandung, suatu saat terjadi dialog kecil antara Soekarno dengan H. Agus Salim (Pejuang, ulama dan politikus Syarekat Islam) mengenai Ketuhanan, hasil tukar pikiran itu membua Soekarno belum puas. Ia berkata : ” Saya belum tahu benar arti Allah, tetapi saya merasa kepastian adanya Allah.”. Dan H. Agus Salim mengatakan bahwa Soekarno muda itu sungguh keras kepala. (Presiden RI dari masa ke masa, Tom Finaldin dan Sali Iskandar, H, Drs)

Ketika dibuang ke Bengkulu, Soekarno dekat dengan keluarga Muhamadiyah dan sering berdialog tentang Islam dengan tokoh Muhamadiyah Bengkulu (awal pertemuan dengan ibu Fatmawati sebagai putri tokoh Muhamadiyah).

Dinamika politik, dinamika kekuasaan dan dinamika pemikiran Soekarno dan Islam mencapai puncaknya pada saat menjelang akhir kekuasaanya, oekarno sempat digelari Pahlawan Islam oleh sejumlah organisasi kaum muslimin.

Soekarno dan Neokolim,

Karakter Bima, jiwa Marhaen, bahkan nilai-nilai Islam memang tidak cocok dengan NEOKOLIM ( Neo Kolonialisme dan Imperialisme). Ketiga sudut pandang itu menggelora dalam pernyataan Soekarno bahwa Malaysia adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia, Pemahaman Soekarno terhadap kedudukan Kerajaan Inggris di Malaysia sebagai bentuk penjajahan baru (Neo Kolonialisme) vdan system keberadaan Kerajaan Inggris di Malaysia adalah Imperialisme yang harus diusir dan diperangi. Jadi konsep NEKOLIM ramai dipropagandakan sebagai alasan untuk mengambil Malaysia ke pangkuan NKRI dan perang melawan Inggris.

Kecenderungan untuk mengambil kebijaksanaan dari ketiga nilai tersebut pun muncul, ketika Soekarno menggagas politik luar negeri yang bebas aktif dengan memunculkan pihak netral yang disebut Gerakan  Non Blok, berani keluar dari PBB dan mengajak Negara-negara Asia-Afrika untuk membuat PBB tandingan (Konfrensi Asia-Afrika)

Bisa jadi,  Pemahaman bentuk negara Islam yang ada di benak Soekarno adalah masyarakat madani (baca riwayat sidang-sidang BPUPKI, PPKI terutama sidang-sidang panitia sembilan yang monumental dengan Piagam Jakarta-nya),  Sisi lain gagasan Daulah Islamiah yang merupakan masalah klise umat Islam perlu disikapi dengan arif dan bijaksana serta lebih mengutamakan nilai-nilai konfrehenswif ukhuwah islamiyah dan sistem Negara Islam.

Penutup
Soekarno, jelas kiprahnya dari mulai era politik etika belanda (dibuka sekolah pribumi), periode gerakan pemuda-pemuda (Young celebes, Young Ambon, Young Sumatra, Young Java, Youn Islamiten), Sumpah Pemuda, perjuangan fisik hingga proklamasi kemerdekaan.

Kalaupun kemudian, kejatuhan Soekarno diindikasikan lantaran haus kekuasaan, dicap komunis adalah manusiawi sebagai proses regenerasi, bahwa bangsa Indonesia (baca : umat Islam) memiliki naluri untuk selalu berperan dalam proses kebangsaan dan kenegaraan Republik Indonesia.

Jelas pula bahwa ajaran Islam dinamis dan konstruktif sesuai dengan rasa sosial manusia dan ketakberdayaannya (manusia).

No comments: