Master propaganda Third Reich dan diktator dari "kehidupan" keseniannya selama 12 tahun, Joseph Goebbels, dilahirkan dari sebuah keluarga pekerja Katolik taat di Rheydt, Rhineland, tanggal 29 Oktober 1897. Dia disekolahkan di sekolah Katolik Roma dan kemudian belajar sejarah dan sastra di Universitas Heidelberg di bawah bimbingan Profesor Friedrich Gundolf, seorang sejarawan dan sastrawan berdarah Yahudi yang dikenal sebagai pengagum Goethe sejati dan juga teman dekatnya pujangga Stefan George.
Goebbels ditolak masuk ketentaraan selama berlangsungnya Perang Dunia Pertama karena kaki pincangnya - hasil dari terkena polio di masa balita. Penolakan ini, dan juga akibat dari pengalaman pahit lain yang menimpanya karena ketidaksempurnaan fisik dan kekurang gantengan wajahnya, akan mempengaruhi hidup Goebbels sampai akhir hayatnya. Sebagai kompensasi dari tongkrongannya sendiri yang jauh dari kesan orang Jerman yang tinggi besar, rambut pirang dan mata biru, maka Goebbels berusaha "menutupinya" dengan cara begitu bersemangat dan getol mempromosikan ideologi ras Arya begitu dia masuk NSDAP pada tahun 1922. Sebuah kontradiksi tepatnya.
Permusuhan terhadap para intelek yang diusung oleh "Doktor Kecil" ini, ditambah lagi dengan pandangan ekstrimnya terhadap ras manusia secara umum dan Yahudi secara khusus, belum lagi semangatnya yang menggebu-gebu untuk menghancurkan segala hal yang "suci" dan "tabu", telah mendatangkan simpati dari rakyat Jerman kebanyakan yang sudah muak akan kebangkrutan tatanan sosial dan ekonomi yang menjerumuskan mereka pasca Perang Dunia I.
Pada awalnya Goebbels menemukan penyaluran akan ide-idenya yang nyeleneh itu dalam puisi, drama, dan gaya hidup Bohemia yang dianutnya. Tapi di luar dari novel ekspresionisnya, Michael: ein Deutsches Schicksal in Tagebuchblattern (1926), tak ada "sesuatu" yang keluar dari usaha-usaha kesusastraan pertamanya. Dalam tubuh Partai Nazi-lah semua bakat Goebbels yang melimpah dalam hal pidato, propaganda, oportunisme dan ideologi radikal menemukan tempat yang tepat. Semuanya bermuara pada pemujaannya yang tidak tanggung-tanggung terhadap orang yang mengangkatnya, dan siapa lagi kalau bukan Adolf Hitler.
Pada tahun 1925 dia dijadikan manajer bisnis NSDAP distrik Ruhr, dan pada akhir tahun tersebut Goebbels sudah menjadi kolaborator utama dari Gregor Strasser, pimpinan sayap sosial-revolusioner Jerman Utara dari partai tersebut. Goebbels mendirikan dan menjadi editor utama dari Nationalsozialistischen Briefe (Surat Nasional-Sosialis) dan publikasi lainnya yang dikeluarkan oleh Strasser bersaudara, yang menyuarakan pandangan proletarian anti-kapitalis dan pendorong utama dari penilaian radikal atas segala nilai yang dianut masyarakat Jerman pada saat itu. Sebenarnyalah Goebbels merupakan simpatisan kaum Bolsewik Rusia yang komunis, dan hal itu diwujudkan dalam evaluasinya yang terkenal atas Uni Soviet (dimana dalam pandangannya, mereka merupakan kelompok Nasionalis dan juga Sosialis) yang berbunyi: "Soviet merupakan sekutu alami Jerman dalam melawan nafsu setan dan kebobrokan Barat."
Tahukah anda bahwa pada awalnya Goebbels merupakan pembenci Hitler sejati? Pada tahun-tahun ini dia, yang telah ikut mengarang draft program-program yang diajukan oleh golongan Kiri Nazi dalam Konferensi Hannover tahun 1926, menyerukan dikeluarkannya "Borjuis kacangan Adolf Hitler dari Partai Nasional Sosialis". Insting politik yang tajam dan sikap oportunismenya kemudian mengemuka ketika dengan santainya ia berganti haluan menjadi pengikut Hitler di tahun itu juga, yang langsung dihargai setimpal dengan penunjukannya sebagai pimpinan Nazi distrik Berlin-Brandenburg pada bulan November tahun 1926.
Ditempatkan di sebuah organisasi kecil yang penuh konflik ternyata tidak membuat karir Goebbels meredup. Dengan cepat dia berhasil mengambil-alih kontrol dan dominasi Strasser bersaudara di Jerman Utara, juga monopoli mereka dalam hal jurnalisme partai. Pada tahun 1927 Goebbels mendirikan dan menjadi editor dari koran mingguan Der Angriff (Serangan). Dia juga merancang poster, menerbitkan propagandanya sendiri, mengorganisir parade-parade megah, dan mengatur strategi agar para bodyguard-nya aktif dalam pertempuran di jalanan dan Beer-Hall melawan kaum Komunis. Kesemuanya telah menambah melambungnya nama seorang Joseph Goebbels dalam jajaran partai Nazi yang sedang berkembang.
Pada tahun 1927 "Si Marat dari Berlin Merah, si mimpi buruk dan setan-nya sejarah" telah menjadi demagog paling ditakuti di ibukota Jerman, yang telah menjadi master dari pidato berapi-api penarik massa dengan memanfaatkan suaranya yang berat dan bertenaga, ditambah dengan retorika dan gerak tubuh yang mempesona siapapun yang mendengarkannya. Goebbels bisa dikatakan seorang agitator yang seakan tak punya rasa lelah dalam mewujudkan program-programnya, dan mempunyai bakat luar biasa ketika dia harus melumpuhkan lawan-lawannya dengan menggunakan kombinasi dari hasutan, bujukan, dan tuduhan yang berbisa. Dia tahu bagaimana caranya memobilisasi rasa takut dari begitu banyak pengangguran Jerman ketika Resesi Besar (Malaise) melanda negara tersebut di akhir tahun 1920-an. Psikologi nasional dikendalikannya tanpa kesukaran berarti dengan "kalkulasi sedingin es".
Dengan skill seorang master propaganda, dia telah mengubah seorang pelajar dan germo Berlin, Horst Wessel, menjadi martir paling terkenal Partai Nazi! Tidak hanya itu, Goebbels juga menyediakan slogan, mitos, dan gambaran ideal tentang pesan-pesan Nasional-Sosialisme yang secara kilat menyebar menghunjam ke hati kebanyakan rakyat Jerman.
Tentu saja Hitler tidak tutup mata terhadap prestasi luar biasa Goebbels yang telah mengubah sebuah cabang kecil partai di Berlin menjadi organisasi paling solid di seluruh Jerman Utara! Pada tahun 1929 dia menunjuk manusia "kecil" ini menjadi pimpinan Propaganda Reich dari NSDAP. Ketika mengenang peristiwa tersebut beberapa tahun kemudian (24 Juni 1942), Hitler berkata, "Dr. Goebbels telah dianugerahi oleh dua hal yang tanpanya maka situasi di Berlin tak akan pernah dapat dikendalikan: fasilitas verbal dan intelektualitas... Bagi Dr. Goebbels, yang tak mendapat cukup tempat di partai ketika dia mulai berkiprah, dia telah memenangkan Berlin dalam kata yang sebenar-benarnya."
Tentu saja Hitler pantas berterimakasih pada pemimpin propaganda-nya tersebut, yang merupakan kreator utama dan organisator dari pemujaan terhadap sang Führer, juga yang telah memberikan gambaran sebagai Messiah dan penyelamat Jerman. Tidak hanya itu, Goebbels secara cerdik menyulap Hitler menjadi manusia-setengah-dewa sekaligus membuat rakyat Jerman "menyerah sepasrah-pasrahnya" terhadap keinginan Führer mereka dengan hanya mengandalkan manajemen podium yang cerdik dan manipulasi. Pada dasarnya Goebbels adalah orang yang sarkastis dan selalu menghindari etika/tatanan moral ketika dia "menjual" Hitler ke rakyat Jerman. Hitler secara dahsyat digambarkan sebagai seorang penyelamat Jerman dari tangan dominasi Yahudi, oportunis dan Marxis, juga merupakan pengusung kebangkitan Jerman paling terpercaya.
Sebagai seorang wakil Reichstag dari tahun 1928, dia secara terbuka mengungkapkan rasa sinisme dan penentangannya akan sistem Republik, dengan menyatakan: "Kita memasuki Reichstag dengan tujuan untuk mempersenjatai diri sendiri dengan senjata demokrasi dari arsenalnya langsung. Kita menjadi wakil Reichstag dengan tujuan agar ideologi Weimar akan menjadi penolong utama kita dalam balik menghancurkannya."
Penolakan yang dalam dan berakar dari Goebbels terhadap humanisme, dorongannya untuk menyebarkan kebingungan juga rasa benci dan pemujaan, ambisinya akan kekuasaan dan penguasaannya akan teknik-teknik persuasi massa mencapai puncaknya dalam kampanye pemilu tahun 1932, ketika dia memainkan peran penting dalam membawa Hitler menjadi sorotan utama panggung politik Jerman. Atas perannya tersebut, dia dihadiahi dengan jabatan sebagai Menteri Propaganda dan Pencerahan Publik tanggal 13 Maret 1933, yang memberi dia kontrol penuh atas semua media komunikasi: radio, pers, penerbitan, sinema, dan seni-seni lainnya.
Dia menggerakkan "koordinasi" penuh Nazi akan kehidupan dan kebudayaan masyarakat dengan begitu cepatnya, secara cerdas mengkombinasikan propaganda, suap dan terorisme, "membersihkan" seni atas nama idealisme rakyat, membawahi para editor dan jurnalis dalam kontrol negara, dan tak lupa menghapuskan semua elemen Yahudi dari posisi-posisi berpengaruh baik di politik, ekonomi, maupun seni. Pada tanggal 10 Mei 1933 dia menyelenggarakan ritual akbar "pembakaran buku" di Berlin, dimana hasil-hasil karya pengarang Yahudi, Marxis dan yang dianggap "subversif" lainnya secara resmi dibakar di depan massa dengan menggunakan api unggun yang besarnya amit-amit.
Goebbels menjadi seorang "pemukul" Yahudi yang tak kenal ampun, dengan seringkali menggunakan penggambaran aliansi antara sosok "penyandang dana Yahudi internasional" di London dan Washington, dengan rekan hopeng-nya, "Bolsewik Yahudi", di Moskow. Mereka semua ditahbiskan sebagai musuh utama Third Reich. Dalam hari perayaan kemenangan partai tahun 1933, Goebbels menyerang "penetrasi Yahudi terhadap semua profesi kemasyarakatan (hukum, medis, properti, teater, dll.), dan mengklaim bahwa boykot negara luar terhadap Jerman yang digalang secara licik oleh para Yahudi telah memprovokasi adanya aksi tandingan di dalam negeri yang diorganisasi Nazi."
Kebencian Goebbels terhadap kaum Yahudi, yang sejalan dengan kebenciannya terhadap kaum kaya dan intelek, merupakan akumulasi dari pengalamannya di masa muda yang selalu direndahkan dan dilecehkan. Pada saat yang bersamaan, hal tersebut juga menjadi kambing hitam "ideal" bagi pencarian musuh bersama masyarakat Jerman, untuk mendukung pomobilisasian massa dan simpati orang banyak.
Selama lima tahun Goebbels menjadi orang terdepan pemerintahan Nazi dalam hal konsolidasi di dalam negeri dan mencari simpati dunia internasional. Kesempatan terbaiknya datang ketika terjadi peristiwa Kristallnacht (Malam Kristal) tanggal 9-10 November 1938, yang dia manfaatkan sebaik-baiknya dengan cara membakar amarah rakyat dengan pidatonya yang berapi-api di depan para pimpinan partai yang berkumpul di Münich Altes Rathaus (Balai Kota Tua) dalam acara peringatan terhadap peristiwa Beer-Hall Putsch.
Tentu saja, hubungan antara dia dengan sang Führer yang dipujanya berjalan begitu eratnya. Dia bersama istri (Magda) dan keenam anaknya merupakan tamu tetap yang selalu disambut dengan baik di tempat peristirahatan Hitler yang berlokasi di Berchtesgaden, pegunungan Alpine. Pada tahun 1938, ketika Magda bertekad untuk menceraikannya karena kasus perselingkuhan tanpa henti yang dilakukan Goebbels dengan para artis cantik, adalah Hitler yang turun tangan langsung untuk meluruskan situasi dengan menyuruh Magda membatalkan niatnya, dan di lain pihak meminta Goebbels menghentikan kebiasaan buruknya tersebut. Dasar sudah memuja setengah mati, kedua suami istri ini benar-benar menjalankan titah dari Führer mereka, dan sejak saat itu tak pernah terdengar lagi kisah skandal dalam keluarga Goebbels!
Selama berlangsungnya Perang Dunia II, hubungan antara Goebbels dan Hitler semakin bertambah intim, terutama ketika situasi peperangan di berbagai front makin memburuk dan menjadi tugas utama Menteri Propaganda lah untuk mendorong rakyat Jerman berusaha lebih gigih lagi. Setelah Sekutu bersikeras untuk memaksakan penyerahan tanpa syarat, Goebbels malah menjadikan hal ini menjadikan satu keuntungan besar dengan meyakinkan para pendengarnya bahwa tak ada pilihan bagi mereka semua selain kemenangan atau kehancuran! Dalam pidatonya yang terkenal tanggal 8 Februari 1943 di Berlin Sportpalast, Goebbels telah menciptakan sebuah atmosfir yang mengaduk-aduk emosi liar para pendengarnya, dan membuat mereka mendukung penuh gagasannya untuk mobilisasi perang total. Manusia satu ini memang tak pernah kehilangan nyali dan semangat dalam hal-hal beginian. Sudah menjadi makanan sehari-hari bagi dirinya untuk membakar massa lewat orasi-orasinya yang disiarkan luas di radio, koran, dan media massa lainnya. Dia selalu memanfaatkan ketakutan Jerman akan datangnya "gerombolan dari Asia yang tak kenal ampun", dan memanfaatkan dengan sebaik-baiknya kontrol atas pers, film dan radio untuk mempertahankan moral rakyat agar jangan sampai merosot. Diciptakannya mitos "senjata rahasia" yang akan membalik kekalahan menjadi kemenangan, dan juga tentang adanya benteng tak tertembus di pegunungan dimana pertahanan terakhir akan diadakan!
Karena pemikiran cepat dan aksi menentukan yang dilakukannya pada sore tanggal 20 Juli 1944 lah yang menyelamatkan Nazi dan Hitler, ketika dia mengisolasi para konspirator (Stauffenberg dkk) di Kementerian Perang, dengan mendapat bantuan dari pasukan-pasukan yang setia. Tak lama kemudian dia mencapai ambisinya untuk menjadi warlord front domestik, setelah Hitler menunjuknya sebagai panglima perang total yang berkuasa penuh pada bulan Juli 1944.
Setelah mendapat kekuasaan tertinggi untuk menggerakkan dan mengarahkan populasi sipil (dan bahkan untuk mendistribusikan orang untuk keperluan Angkatan Bersenjata), Goebbels semakin gigih mendorong pengorbanan rakyat Jerman lebih besar lagi. Tapi dengan situasi yang sudah begitu buruknya sehingga Jerman hanya tinggal menunggu kejatuhannya, sudah terlambat untuk melakukan apa-apa selain hanya menambah kebingungan dan dislokasi. Dengan semakin dekatnya akhir perang, Goebbels, orang yang dari pertama sudah dikenal sebagai sang oportunis sejati, kini tampil menjadi pengikut Führer paling setia. Dia membawa serta keluarganya ke bunker pengap yang ditempati Hitler dan menghabiskan hari-hari terakhir mereka disana. Dia begitu yakinnya bahwa Nazi telah menghancurkan semua jembatan dan bangunan yang tersisa (dan juga terpesona oleh bayang-bayang kehancuran total), sehingga kata-kata terakhir yang diucapkannya sebagai salam perpisahan adalah: "Ketika kami berpulang, biarkanlah bumi bergetar!"
Tak lama setelah Hitler bunuh diri, Goebbels mengacuhkan testamen politik terakhir Hitler yang mengangkatnya sebagai Kanselir Reich yang baru, dan memutuskan untuk mengikuti langkah pujaannya tersebut. Dia memerintahkan kepada seorang dokter SS agar keenam anaknya yang masih kecil disuntik dengan racun mematikan, tak lama setelahnya dia memerintahkan pula agar prajurit SS lain menembak dia bersama istrinya Magda. Semuanya itu terjadi tanggal 1 Mei 1945, hanya 1 hari setelah bunuh diri Hitler! Dengan karakter egomania dan kecemerlangan intuisi yang dimilikinya, dia membuat juga testamen terakhir tak lama sebelum dia tewas. Testamen itu berbunyi: "Kami akan tercatat dalam sejarah sebagai negarawan terbesar sepanjang masa, atau juga kriminal terbesar.